Rabu, 08 Mei 2013


                                       
Biodata

Nama Lengkap                       :           Helmi Yanti
Nama Panggilan                      :           Helmi
Tempat/Tanggal Lahir               :           Pulau Duit, 07-11-1992
Agama                                    :           Islam
Jenis Kelamin                          :           Perempuan
Anak ke                                  :           1 (Pertama)
No.Telepon                             :           085265067727
Pendidikan     
a. SD                                       :           SDN 011 Kemang Indah
b. SMP                                    :           SMPN 3Bangkinang
                                                           
c. SMA                                    :           SMAN 1 Kampar
d. Perguruan Tinggi                :           UIR (Universitas Islam Riau)
Orang Tua
a. Ayah                                    :           Zamhari
b. Ibu                                       :           Fitri Nuraini
Cita-cita                                  :           Menjadi dosen yang   
                                                            Profesional dan Berkualitas
Hobi                                        :           Mendengarkan musik, membaca dongeng, dan membaca puisi.

Motto                                      :           Pengalaman adalah
                                                            guru yang Berkualitas.












Masa-masa kecil yang penuh dengan tawa

Nama lengkap saya yaitu Helmi Yanti sedangkan keluarga saya biasa memanggil saya Emi namun jika disekolahan saya sering di panggil Helmi. Nama yang unikkan akan tetapi ada yang lebih unik lagi ketika saya berumur 2 tahun saya sering di panggil oleh keluarga abah saya yaitu tuel, namun gara-gara panggilan tuel yang dibuat oleh keluarga abah saya makanya abah saya mengganti nama saya menjadi Helmi. Saya lahir pada tanggal 07 November 1992 akan tetapi saya sering mempertanyakan tahun kelahiran saya ini kepada kedua orangtua saya karena anak kakak dari abah saya tahun kelahirannya sama dengan saya akan tetapi di akte kelahiran saya lebih tua dari dia, sedangkan dia itu yang lebih tua dari saya namun kenapa di akte kelahiran tahun lahir dia adalah tahun 1993, nah ini lah yang membuat saya bingung. Akan tetapi terpaksa lah saya mengikuti akte kelahiran saya saja dari pada semuanya berantakan, mau tidak mau saya lebih tua dari pada saudara sepupu saya, meskipun pada kenyataan dia lebih tua dari saya.
 Saya terlahir dari pasangan Zamhari dan Fitri. Mereka adalah sesosok orang tua yang sayang pada anaknya, apa lagi abah saya dia adalah seorang ayah yang selalu mengikuti apa yang saya mau dan tidak pernah mengatakan tidak jika saya menginginkan sesuatu. Bertepatan pada usia 4 tahun abah dan ibu saya pindah rumah dari Danau Bingkuang ke Minas dan ketika saya berumur 4 tahun ini saya diberikan oleh Allah seorang adik yang cantik yang bernama Meri Zam Fitri. Satu tahun pun tak terasa, hari-hari kami jalani dengan penuh syukur. Pada umur 5 tahun orangtua saya menawarkan saya untuk masuk ke sebuah TK di minas namun saya selalu mencibirkan sekolah TK tersebut karena menurut saya sekolah TK itu hanya sekolah pergi makan saja. Berikut ini adalah foto abah dan ibu saya.
Ketika usia saya mau memasuki ke 6 tahun, saya dan keluarga saya pindah dari minas ke kampung saya lagi yaitu Danau Bingkuang karena ayah dari ibu saya atau kakek saya selalu sakit-sakitan semenjak ibu saya pindah ke Minas. Hampir setiap hari paman dan adik abah saya datang menjenguk kami diminas dengan tujuan membujuk kami untuk kembali ke Danau Bingkuang dan akhirnya abah saya mengikuti keinginan kakek saya, lain halnya dengan ibu saya, ibu saya bersih keras untuk tidak akan pulang ke Danau Bingkuang karena ibu saya selalu mengingat kata-kata kasar kakek yang selalu di lontarkannya untuk abah saya. Namun pada akhirnya ibu saya pun luluh karena abah saya selalu mengajarkan saya dan ibu saya untuk tidak memiliki sifat dendam.
Berikut ini adalah foto saya dan adik saya Meri
Kepulangan kami kekampung halaman kami disambut dengan gembira oleh keluarga ibu saya karena ibu saya merupakan anak perempuan yang melahirkan cucu pertama perempuan untuk kakek dan nenek saya. Cucu perempuannya itu tidak lain adalah saya sendiri, kakek dan nenek saya sangat sayang pada saya bahkan apa yang saya mau selalu saya dapatkan dari kakek dan nenek saya. Semuanya pun terasa sempurna.
Di usia 6 tahun lebih, keinginan saya untuk sekolah sudah mulai ada sehingga abah dan ibu saya selalu mengingatkan saya bahwa umur untuk masuk SD (Sekolah Dasar) itu harus sampai 7 tahun nak kata ibu dan abah saya, namun saya selalu menangis agar keinginan saya dikabulkan oleh ibu dan abah saya. Karena hanya dengan tangisan itulah semuanya dapat dikabulkan oleh orangtua saya sebab mereka sudah tidak tahan lagi mendengar tangisan saya. Senjata rahasia saya untuk mendapatkan sesuatu yaitu dengan menangis. Akhirnya di suatu pagi ibu saya membawa saya ke SD (Sekolah Dasar) yang ada dikampung saya. Awalnya pihak sekolah yang menerima siwa baru menanyakan kepada saya berapa umur saya lalu saya menjawab pertanyaan bapak itu dengan lantang dengan jawaban 6 tahun lebih pak, lalu bapak itu berkata jika umur 6 tahun lebih kami tidak bisa menerima anak ibu untuk sekolah disini karena syarat untuk menerima siswa baru yaitu berumur 7 tahun bu. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut bapak itu, saya langsung mengeluarkan senjata rahasaia saya yaitu menangis dengan kuat dengan berkata saya mau sekolah hingga hampir setiap kata yang keluar dari mulut saya hanya ungkapan ingin sekolah. Bapak itu tercengang sejenak melihat saya dan ia berusaha menghentikan tangisan saya namun saya tidak menghiraukan bapak itu, lalu ibu saya berusaha untuk membawa saya keluar dari ruangan itu akan tetapi saya tetap menolak ajakan ibu saya, saya tetap mempertahankan keinginan saya untuk masuk sekolah. Hingga pada akhirnya bapak itu bertanya kepada saya, siapa yang menyuruh kamu untuk sekolah nak ujar bapak tersebut, lalu saya menjawab dengan penuh harapan agar bapak itu mau menerima saya untuk masuk ke sekolah tersebut. Hanya ada beberapa kata keluar dari mulut saya pada saat itu yaitu saya sendiri pak! Dengan senyuman bapak itu mengatakan bahwa saya diterima di sekolah dasar tersebut yaitu SD 011 Kemang Indah.
Masa-masa SD
Awal mulai memasuki Sekolah Dasar dengan memakai serba baru, baju baru, tas baru, sepatu baru dan teman baru. Di hari pertama saya memasuki Sekolah Dasar itu saya memilih teman sebangku saya dan pada saat itu teman satu tempat duduk saya bernama Dewi dan ternyata Dewi itu adalah tetangga saya hanya saja saya tidak pernah tahu kalau dia adalah tetangga saya. Sekolah SD 011 dulu sekarang telah berganti nama menjadi SD 016. Berikut foto SD 016 yang sekaran ini.

 Hari-haripun saya jalani dengan penuh senyuman. Setiap paginya ketika ingin berangkat kesekolah, ibu saya selalu mengepang rambut saya dan begitupun setiap hari. Ketika saya memasuki mata pelajaran Agama Islam itu adalah awal dari saya menikmati bagaimana menjadi seorang siswa Sekolah Dasar, alangkah takutnya saya ketika saya memulai mata pelajaran Agama Islam itu karena guru Agama Islam saya itu sangat pemarah, hampir semua teman sekelas saya takut dengan bapak itu karena kakak-kakak kelas saya mengatakan bahwa bapak itu suka marah sehingga bapak itu pernah menampar siswa akibat kemarahannya itu, akan tetapi setelah saya perhatikan selama bapak itu mengajar tidak ada sedikitpun sikap bapak thu seperti yang dikatakan kakak kelas saya itu dan ternyata guru Agama Islam saya itu penuh dengan kejutan ketika mengajarkan kami semua dan bapak itu sering senyum dan yang lebih hebat lagi bapak itu hapal dengan nama saya sehingga saya sangat menyukai pelajaran Agama Islam itu. Pelajaran Agama Islam itu di ajarkan hanya seminggu sekali sehingga saya hanya bertemu dengan bapak itu seminggu sekali tapi meskipun hanya seminggu sekali bertemunya dengan bapak itu, saya tidak akan merubah mata pelajaran kesukaan saya selain Agama Islam itu, mata pelajaran Agama Islam itu diajarkan setiap hari Jumat dan setiap minggunya saya selalu menunggu-nunggu hari Jumat itu.
Catur wulan pertama pun berlalu dan nilai saya pun memuaskan meskipun saya tidak dapat menjadi juara kelas namun saya cukup puas dengan nilai yang saya peroleh. Ketika ingin memasuki catur wulan kedua ketika itu abah saya pergi meninggalkan saya, adik dan ibu saya yang hamil 7 bulan. Awalnya kepergian abah saya ketika pagi itu dengan tujuan untuk pergi kerja namun ternyata kepergiannya untuk pergi bekerja dan tak pulang-pulang lagi. Alangkah malangnya nasib kami pada saat itu ditambah lagi ibu saya yang hamil 7 bulan dan dia tidak bisa merasakan bagaimana diperhatikan oleh suami ketika hamil akan tetapi ibu saya tidak pernah melihatkan kesedihannya kepada saya dan adik saya. Hingga pada akhirnya ketika waktu untuk melahirkan sudah dekat dan saya bertanya-tanya kepada ibu saya kemana abah bu dan kenapa hingga saat ini abah belum pulang-pulang dari kerja bu, ibu hanya tersenyum dan hanya satu kalimat yang keluar dari mulut  ibu saya pada saat itu “abah pergi mencari duit untuk kita” saya pun menanyakan kembali dengan pertanyaan yang baru kepada ibu, kenapa cari duitnya lama bu sedangkan biasanya abah kalau pergi bekerja hanya sehari dan sorenya abah pulang namun pertanyan itu tak dapat dijawab oleh ibu dan ibu hanya memeluk saya dan adik saya meri dengan membisu. Waktu kelahiran pun datang dan alhamdulillah proses kelahiran adik kedua saya berjalan dengan lanjar dan ternyata adik kedua saya itu perempuan juga dan kami memberikan nama adik perempuan saya itu Rika Wahyuni. Seharusnya yang memberi nama adik saya itu abah saya namun abah saya tak pernah ada kabar. Satu tahun pun berlalu dan saya menduduki bangku kelas dua SD dan ketika saya menduduki bangku kelas dua ini tiba-tiba abah saya datang kesekolah untuk menemui saya hingga saya berlari menuju dia dan memeluknya dengan erat dan mengeluarkan air mata sambil berkata aku kangan abah namun abah saya mengelus kepala saya dan berkata anak abah tidak boleh cengeng dan harus selalu tersenyum dalam menghadapi masalah apapun.
Suasana pun lebih terharu ketika abah saya mengajak saya untuk pulang dengan menggendong saya, meskipun agak malu sedikit dilihat teman-teman banyak karena saya sudah besar namun masih di gendong abah hingga saya di ejek oleh teman laki-laki saya sebagai anak manja namun saya tidak pernah menghiraukan ejekan teman saya itu, menurut saya mereka itu hanya iri saja sama saya.
Satu minggu berlalu dan ayah saya pun pergi berangkat untuk kerja dan ketika abah saya berangkat abah mencium kami semua sebelum pergi dan berkata rajin-rajin belajar dan jaga ibu dirumah, tak biasanya abah berpesan seperti itu, dan siang pun berganti malam akan tetapi abah belum juga pulang-pulang, kami menunggu kepulangan abah hingga jam 8 malam pun berlalu dan suara ketukan pintu pun terdengar dan saya beserta ibu menuju pintu rumah dengan berharap yang pulang itu adalah abah akan tetapi yang datang tidak lain adalah kakak ibu sendiri dengan membawa sepucuk surat yang berisi surat talak untuk ibu. Ibu hanya bertanya siapa yang membawa surat ini hingga bisa di tangan kakak dan paman menjawab dari teman dia, suasana pun berubah menjadi sunyi tanpa ada satu kata yang keluar dari ibu dan ibu hanya meneteskan air mata. Saya pun bertanya kepada paman surat apa itu paman namun paman berkata kamu tidak akan mengerti mi lebih baik kamu tidur hari sudah malam, saya pun bingung dan bertanya-tanya kenapa ibu bisa menangis seperti itu, dengan penuh kebingungan dan tanda tanya saya pergi kekamar untuk tidur dengan adik saya Meri.
Pagi pun datang dan ibu membangunkan saya untuk berangkat kesekolah dan seperti biasanya ibu selalu menyisir rambut saya dan mengepang dua rambut saya karena itu ada ciri khas dari saya dan secara spontan saya bertanya kenapa ibu semalam menangis bu namun ibu hanya tersenyum dan berkata ibu tidak apa-apa namun saya bertanya kembali kepada ibu kalau ibu tidak apa-apa kenapa ibu menangis, ibu terdiam dan dengan kecerewetan saya itu, saya bertanya lagi kepada ibu kenapa abah tidak pulang bu namun ibu tetap membisu dan ibu hanya menyuruh saya untuk berangkat kesekolah dan berkata rajin-rajin belajar mi, saya pun tersenyum dan mencium pipi ibu keduanya dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Hari berganti hari bulan berganti bulan hingga tahun pun berganti dan saya menduduki bangku sekolah dasar dikelas tiga hingga saya pun merasa mulai akrab dengan semua teman-teman yang ada dikelas akan tetapi ada teman laki-laki saya yang sangat usil kepada saya, mereka suka menjahili dan mangganggu saya dan mereka itu bernama Helfani dan Hepri Yandra. Ketika pada mata pelajaran olahraga dan kami satu kelas itu olahraga bola kasti dan ketika itu lah saatnya Hepri Yandra dan Helfani yang saudara sepupuan itu mengerjai saya dengan cara melemparkan bola kasti itu kuat-kuat kepada saya namun ternyata niat mereka tidak berjalan dengan baik karena didalam kelas tiga itu saya memiliki tiga abang sepupu laki-laki yang bernama Jupri, Iboy dan Oyon dan mereka yang selalu menjaga saya di saat ada orang yang ingin menjahili saya, dan setiap ada olahraga bola kasti jika Hepri Yandra dan Helfani ingin mengintai dan melemparkan bola kearah saya mereka bertiga sudah berjaga-jaga didekat saya, alangkah bahagianya saya saat ketiga abang saya itu berlomba-lomba untuk menjaga saya, apa lagi abang saya yang bernama Jufri, dia adalah sesosok seorang abang yang sangat di idam-idamkan oleh adik karena setiap kali ada orang yang menjahili saya dia pasti akan membalas mereka baik perempuan maupun laki-laki, dia cukup berpengaruh didalam kelas saaya karena wajahnya lumayan ganteng dibandingkan laki-laki yang ada dikelas saya sehingga banyak teman-teman perempuan saya yang tertarik kepadanya, ketertarikan mereka itu bukan hanya karena tampangnya akan tetapi karena kepandaian dia berolahraga juga apa lagi kalau olahraga bola kasti karena olahraga bola kasti ini sangat populer ketika kami SD dulu dan abang saya Jufri ini sangat jago dalam bermain bola kasti ini. Salah satu teman perempuan saya yang saat itu menyukai abang saya Jufri adalah Eflina Wirdanis namanya, Eflina ini merupakan gadis kecil cantik yang sangat cerewet dan sering kelahi dengan mengecek saya karena dia adalah sepupuan dengan Hepri dan Helfani.
Sekian banyak laki-laki di kelas saya, ada seorang laki-laki yang tak pernah menganggu saya atau menyapa saya dan dia pun pintar, nah karena sifatnya yang begitu unik menurut saya, saya tertarik dengan kepribadiannya dan entah perasaan apa yang hadir saat itu seolah-olah setiap harinya saya selalu memperhatikannya, nama laki-laki yang saya kagumi saat itu Ahmad Sanusi dan pada suatu ketika saya memandanginya tanpa sadar ternyata dia sudah berdiri didepan saya dan menanyakan apa yang Helmi lihat ujar Sanusi, dengan muka yang sangat malu saya pergi berlari tanpa memperhatikan pintu mau keluar dari kelas saya dan ternyata didepan pintu kelas saya telah berdiri sesosok laki-laki yang sangat saya benci pada saat itu, dan tidak lain laki-laki itu adalah Hepri dan dia langsung mengejek saya kalau saya suka sama Sanusi, dengan muka yang tak suka saya berusaha untuk pergi dari suasana yang akan memojokkan saya akan tetapi Hepri selalu menghambat saya dan secara spontan Hepri mendorong saya kearah Sanusi.
Pada saat itu saya merasa sangat malu dan kesal sehingga saya hanya bisa menangis. Semenjak kejadian itu saya tidak mau lagi memperhatikan Sanusi karena ternyata Hepri selalu memperhatikan saya dan berusaha membuat saya malu didepan Sanusi, diantara Sanusi dan Hepri ternyata ada ikatan keluarga antara mereka karena ibunya Sanusi adalah nenek dari Hepri, alangkah jauhnya berbeda sikap mereka sedangkan mereka mempunyai ikatan keluarga.
Nah dikelas 3 SD di kampung saya Rata-rata mereka harus sekolah MDA (Madrasah diniyah awaliya) dan saya pun tidak mau ketinggalan dengan pendidikan ini apa lagi pendidikan ini berhubungan dengan agama. Jika pulang dari SD jam 12:30 saya langsung pulang dan mandi lalu shalat zuhur sebelum berangkat ke MDA karena sekolah MDA itu masuknya jam 14:00 jadi saya harus siap-siap untuk berangkat ke MDA karena sekolah MDA saya jauh jaraknya dari rumah saya, semua teman-teman saya banyak yang memakai sepeda sedangkan saya hanya berjalan kaki dengan sahabat saya Dewi, mau tidak mau kami harus berangkat cepat agar tidak terlambat masuk kelas.
Di MDA ini mata pelajaran paforit saya adalah Tarekh Islam karena mata pelajaran Tarekh Islam ini banyak sekali menceritakan tentang Nabi dan karena itu saya menyukai Tarekh Islam, terkadang ketika guru saya yang bernam Burhani menceritakan tentang sejarah Nabi saya hampir tak tau kalau ceritanya telah habis karena saya sangat senang diceritakan tentang Nabi.
Di sekolah MDA ketika waktu istirahat saya bersama teman perempuan maupun laki-laki dan kami melakukan banyak permainan sehingga setelah jam istirahat habis baju kami semuanya basah karena keringat dan bau badan kami pun bermacam-macam, terkadang kami salah menyalahkan bau badan siapa yang paling bau sehingga terkadang ada salah paham diantara kami namun kesalapahaman itu hanya sebentar saja karena setelah itu kami baikan lagi dan bermain kembali jadi mau seperti apapun berdebatnya, kami tetap bermain bersama.
Hari-hari pun tak terasa seiring berjalannya waktu ternyata saya telah menduduki bangku kelas 6 SD dan dikelas 6 ini saya tentunya harus meningkatkan cara belajar saya agar saya lulus dari SD. Akan tetapi ketika saya menduduki bangku kelas 6 ini tentunya setelah lulus dari SD ini saya ingin melanjutkan sekolah menengah pertama namun ketika itu lah ibu saya merasa khawatir sebab ibu takut jika dia tidak mampu membiayai saya dan membiayai adik-adik saya nanti karena uang kebun ibu tidak seberapa sedangkan beban yang dipikul ibu sangatlah banyak apalagi untuk kebutuhan sehari-hari. Terkadang untuk makan saja ibu sangat menimbang-nimbang jika ingin membeli ikan ataupun ayam, sehingga pada suatu ketika ibu berkata kepada kami “nak minggu ini kita tidak bisa membeli ikan, kita makan ikan teri aja ya nak untuk minggu ini” dengan spontan kami berkata ia bu tidak apa-apa yang penting masih bisa makan.
Hingga pada suatu ketika ada seorang laki-laki yang usia 35 tahun datang kepada ibu dengan maksud untuk melamar ibu namun ibu tidak mau sebab ibu masih mengharapkan abah. Kami hanya bisa berharap ibu mendapat yang terbaik jika memang ibu tidak jodoh bersama ibu. Akhirnya setelah ibu menimbang-nimbang karena ibu takut jika suatu saat ibu tidak mampu membiayai kami semua terpaksa ibu menikah lagi dan atas persetujuan saya dan adik-adik saya akhirnya ibu menikah. Berikut foto saya bersama sahabat saya Dewi ketika kelas 6 SD :
Satu tahun berlalu dan saya pun lulus dari SD 011 dan adik saya yang ke 4 pun lahir dan masih tetap perempuan akan tetapi kami bahagia meskipun kami berharap adik kami yang ke 4 itu adalah laki-laki namun laki-laki ataupun perempuan sama saja bagi kami. Setelah kelulusan SD 011 saya ingin sekali melanjutkan sekolah ke pesantren namun orang tua tidak menyetujui sebab biaya di pesantren itu mahal.
Masa-masa SMP
Akhirnya saya berangkat ke rumah paman di Bangkinang dan saya melanjutkan sekolah saya di SMPN 3 Bangkinang. Awal sekolah di daerah yang baru saya kenal ini saya merasa kebingungan sebab semuanya berubah karena saya harus mandiri sebab saya tidak tinggal bersama ibu saya lagi dan oleh sebab itu saya tidak boleh cengeng, saya harus menanggug resikonya sebab saya yang memutuskan semua ini jadi mau tidak mau saya harus menahan derita hidup di rumah orang dan jauh dari ibu.
Hari-hari terasa berarti ketika mengenali teman-teman yang baru dan suasana yang baru meskipun susah menyesuaikan diri namun pada akhirnya saya berhasil menyesuaikan diri saya dengan sekolah yang baru dan lingkungan yang baru. Di bangku kelas 1 SMPN 3 Bangkinang ini saya menemukan sesosok sahabat yang mengerti akan saya dan selalu ada buat saya, Rati Muspa adalah nama dia, Rati sesosok perempuan yang agak tomboy, selain Rati saya juga mempunya sahabat yang bernama Devita Isnayanti. Berikut ini foto sahabat-sahabat saya ketiga kelas 1 di SMP 3 Bangkinang:

Devita                                                             Rati

Ketika di Kelas 1 ini kami di anjurkan untuk ikut organisasi dan semua organisasi di sekolah saya ikuti atas persetujuan paman dan istrinya. Organisasi yang saya ikuti ketika kelas 1 itu yaitu PRAMUKA, PMR dan OSIS. Awal perkenalan di dalam organisasi PRAMUKA adalah hal yang paling menarik bagi saya karena ketika tahap perkenalan di PRAMUKA sekolah kami mengadakan kemping di luar sekolah. Nah ketika kemping inilah kami di siksa oleh kakak senior kami dengan menyuruh kami di tengah-tengah malam jam 1 kami di suruh semuanya untuk bangun dan di suruh berbaris di lapangan hijau, dengan mata yang tak mau di buka dan dalam keadaan mengantuk terpaksa kami ikuti perintah karena ini adalah syarat untuk menjadi anggota PRAMUKA dan sebelum kami di suruh merangkak dan merayap di lapangan hijau itu kami di panggil satu-satu untuk membacakan Tri Satya dan Dasa Dharma, jika kami tidak hapal dan tidak tau arti dari semua itu kami di bentak.
Ketika giliran saya di panggil untuk ke depan, nah ketika itu seluruh badan saya meriang, akan tetapi meskipun ketika itu badan saya meriang, akhirnya saya mampu menyebutkan apa yang di tanya oleh senior-senior saya. Saya terpilih menjadi ketua regu dan saya selalu berdiri di paling depan, akan tetapi ketika saya belum di pilih menjadi ketua regu, saya selalu berdiri di paling belakang sebab saya pendek akan tetapi lain halnya ketika saya telah resmi menjadi ketua regu.
 Ujian semester ganjil telah datang dan tibalah saatnya saya untuk memfokuskan diri untuk belajar dan syukur alhamdulillah semuanya soal-soal ujian mampu saya jawab dengan percaya diri tanpa saya bertanya kepada teman-teman saya karena paman saya selalu berpesan untuk percaya diri dan jangan mudah terpengaruh oleh jawaban orang dan di PRAMUKA pun saya di ajarkan untuk percaya dengan pendapat kita. Ujian semester ganjil pun berlalu dan tibalah saatnya pembagian lapor dan hal yang seperti ini lah yang membuat saya selalu meriang seakan-akan jantung berdetak kencang. Pengumuman 10 besar di SMPN 3 Bangkinang di bacakan di depan lapangan hijau dan kami semua berbaris di sana dengan urutan kelas yang telah di tentukan. Ketika pembacaan rangking yang ke 10, saya sangat berharap saya termasuk di dalam 10 besar itu dan ketika pembacaan rangking 6, saya belum juga terpanggil untuk ke depan sehingga saya putus asa dan saya mulai mundur kebelakang dengan rasa kecewa akan tetapi ketika pembacaan Rangking 1 ternyata nama saya terpanggil dan saya terdiam sejenak di belakang dan semua pandangan teman-teman 1 kelas saya tertuju kepada saya dan mereka menyuruh saya untuk maju, dengan kaki yang sangat berat untuk di langkahkan saya menuju ke barisan yang telah di tentukan untuk 10 besar.
Semester ganjil ini saya menulis sejarah baru karena tidak pernah sebelumnya saya mendapatkan juara apa lagi juara 1 pada saat itu, semua usaha saya selama ini tidak sia-sia meskipun terkadang setiap malamnya saya merasa terpaksa untuk belajar namun pada akhirnya saya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Tidak sabar rasanya saya untuk pulang dan akhirnya pun saya di jemput oleh istri paman saya dan dengan semangat saya mengatakan saya juara 1 mai dan amai saya berkata syukurlah, kamu harus bisa mempertahankan semua itu sebab mempertahankan itu adalah hal yang paling sulit dari pada mendapatkannya dan kamu tidak boleh malas-malas belajar.
Ujian semester genap pun tiba dan seperti biasanya saya harus memfokuskan diri untuk ujian sehingga waktu untuk bermain saya kurangi. Tibalah saatnya pembagian lapor semester genap dan seperti biasa sekujur badan saya meriang dan ternyata peringkat 1 tidak saya dapatkan lagi dan saya mendapatkan peringkat kedua.  Rasa takut pun hadir sehingga saya tidak berani untuk pulang ke rumah paman saya karena saya merasa gagal untuk mempertahankan semua itu namun apa daya itu lah kenyatanyaan yang harus di terima, mau tidak mau saya harus pulang karena paman saya telah berada di depan pagar untuk menjemput saya dan ketika saya menemui langsung paman saya, paman saya menanyakan langsung dapat rangking berapa mi dan dengan rasa takut saya hanya memberikan lapor saya kepada paman saya tanpa mengatakan sepatah kata pun yang keluar dari mulut saya. Ternyata hal yang paling saya takutkan itu pun terjadi, paman saya menyalahkan saya dengan pandangan yang kecewa paman berkata ini semua di sebabkan karena aku sibuk pacaran akan tetapi saya tidak menerima tuduhan dari paman sebab tuduhan itu salah, karena saya tak pernah melakukan apa yang di tuduhkan paman saya dan di pertengah perjalanan saya mengatakan kalau saya tidak pernah melakukan apa yang paman tuduh itu namun paman saya selalu memojokkan saya.
Ketika sampai di rumah pun, saya tetap di tuduh dengan tuduhan yang tidak pernah saya lakukan dan saya berusahan untuk menjelaskan semuanya karena apa yang di tuduh itu tidak pernah saya lakukan. Jangankan pacar, teman yang spesial pun tidak pernah saya punya karena saya tidak pernah memikirkan tentang cowok sebab bagi saya cowok itu hanyalah masalah dan saya sangat membenci cowok pada saat itu di karenakan atas kepergian abah saya yang meninggalkan kami semua. Meskipun ada teman-teman saya yang saat itu selalu memberikan perhatian akan tetapi itu semua tidak akan merubah kebencian saya kepada kaum lelaki.
Awal menduduki bangku kelas 2 pun saya merasa bahagia dan tibalah saatnya di sekolah kami membentuk semua struktur organisasi. Di sekolah SMPN 3 Bangkinang ini ada sebuah koperasi siswa dan saya di beri kepercayaan untuk menjadi Bendahara koperasi di SMPN 3 Bangkinag, di PMR pun saya mendapat kepercayaan untuk menjadi ketua dari organisasi PMR, di OSIS pun saya di calonkan dan menduduki posisi wakil ketua, dan tak lupa juga yang palin berkesan bagi saya yaitu di PRAMUKA, saya menduduki posisi menjadi Pratama Putri, syukur alhamdulillah semua organisasi yang ada di SMPN 3 Bangkinang saya memegang jabatan yang cukup tinggi dan tanggung jawab yang begitu berat namun saya menikmati semuanya sebab bagi saya dengan memperbanyak kegiatan yang saya ikuti mungkin semua masalah yang ada pada saya tidak akan terlalu berat.
Dengan semua jabatan yang saya pegang membuat semua para kaum adam banyak tertarik dengan saya namun tidak ada yang saya hiraukan sebab tidak ada sedikitpun rasa untuk menjalin hubungan yang spesial, meskipun teman-teman saya yang baru-baru puber itu selalu mengejek saya namun saya tidak akan tergoda. Namun ketika di adakan perkemahan di luar sekolah tepatnya di Stanum Bangkinang ada seorang kakak kelas saya mengirim saya surat dengan tulisan Sandi China namun saya tetap tidak menghiraukan sehingga teman saya yang bernama Riska pada saat itu berusaha untuk mendekatkan saya dengan kakak kelas saya akan tetapi saya tetap tidak mengubah keputusan saya. Siang itu saya berdiri di depan tenda saya dengan mempraktekkan Semaphor saya akan tetapi ternyata kakak kelas saya itu ternyata memperhatikan saya dan dia memegang Semaphor itu akan tetapi tetap saja saya tidak menghiraukan dia namun ternyata Riska memaksa saya untuk melihat ke arah kakak itu dan ternyata kakak itu bermain Semaphor dan menyatakan lagi perasaannya kepada saya, pada saat itu saya merasa kebingunggan dan tidak tau jawaban apa yang harus saya beri saat itu sedangkan hati saya mulai bisa menerima kehadirannya.
Dengan melambaikan perhatian menggunakan Semaphor itu saya menjawab langsung dan saya tidak menunjukkan rasa suka ataupun rasa tidak suka hanya saja saya memberikan tantangan kepadanya jika dia mampu menunggu saya sampai naik ke kelas 3 saya pasti akan menerimanya menjadi pacar saya. Akan tetapi sepertinya kakak itu tidak mampu memenuhi tantangan yang saya ajukan. Lalu saya pun berhenti bermain Semaphor karena kakak itu tidak bisa menerima tantangan itu dan saya pun duduk-duduk di depan tenda saya begitu juga dengan dia, akan tetapi terdengarlah suara seseorang yang memanggil saya dan ternyata suara itu adalah suaranya kakak itu dan dia langsung memberikan tanda perhatian dengan menggunakan Semaphornya lalu menjawab tantangan saya itu dan memberikan jawaban kalau dia mampu memenuhi tantangan itu lalu saya menjawab dengan menggunakan morse dan berkata oke kita liat aja nanti. Nama kakak itu adalah Muhammad Yuka. Berikut adalah foto Muhammad Yuka.

Hari-hari pun berlalu dan semuanya berjalan dengan yang seperti saya harapkan. Hingga suatu ketika kami seluruh anggota PRAMUKA pergi ke daerah yang bernama Lubuk Inyu dengan tujuan untuk mempersiapkan diri mengikuti LT (Lomba Tingkat) dan di acara itu lah Yuka selalu mengikuti saya kemana-mana sehingga saya risih dengan cara yang dilakukannya. Hingga acara selesai dan semua anggota PRAMUKA mandi bersama di satu tempat yang sama di bawah air terjun karena sekujur badan kami di penuhi lumpur akibat di suruh merayap di dalam air kubangan kerbau. Semua anggota pun menikmati suasana mandi bersama karena tubuh kami semua di penuhi lumpur dan bau yang tidak sedap. Nah, ketika mandi di bawah air terjun inilah saya mulai dekat dengan Yuka karena ketika saya mandi, saya hampir tenggelam dan untung saja Yuka selalu mengikuti kemana saya pergi dan dialah yang menolong saya untuk ketepi, tidak biasanya saya tenggelam sebab saya adalah tipe perempuan yang suka renang dan saya pun jago renang tapi kenapa pada saat itu saya tenggelam.
Dengan muka yang malu di akibatkan hampir tenggelam saya tidak mampu menatap wajahnya Yuka yang khawatir karena saya di ejek Yuka bodoh renang dan saya tidak terima ejekan Yuka itu. Acara membersihkan badan selesai dan semua kami berangkat untuk pulang dan di tengah perjalanan kami mengalami kejelakaan di sebabkan karena jalan itu terlalu tinggi untuk di daki sehingga mobil yang kami tumpangi itu terbalik dan hampir saja kami yang berada di dalam mobil itu semuanya masuk jurang, untungnya sopir itu bisa menyeimbangkan mobil itu ke arah yang jauh dari jurang sehingga kami hanya luka-luka semua akan tetapi tidak semuanya yang parah. Ada beberapa orang yang tidak mampu berjalan dan salah satunya saya sendiri. Saya mengalami luka di bagian kepala sehingga kening saya bengkak dan hidung saya berdarah saat itu.
Hal yang sangat menarik bagi saya saat itu adalah ketika saya tidak mampu untuk berdiri sendiri dan saat itu Yuka yang menggendong saya ke dalam mobil untuk di bawa ke rumah sakit, saat di pertengahan perjalanan Yuka selalu berada di samping saya tanpa membiarkan saya sendiri, hingga sampai di rumah sakit Budi Kasih saya tetap tidak mampu untuk berjalan dan Yuka juga yang menggendong saya ke dalam rumah sakit. Alangkah takutnya saya menelpon paman saya saat itu, karena saya tidak mau mengkhawatirkan paman, dan akhirnya ternyata Yuka yang menelpon paman saya dan mengatakan kalau saya di rawat di rumah sakit.
Tidak lama kemudian paman dan amai saya datang menjenguk saya ke rumah sakit dan amai berkata kalau paman tidak sempat memasang celana dalamnya saat kesini karena khawatir dengan keadaan saya. Saya tersenyum mendengar cerita amai namun paman tetap merasa khawatir saja karena kepala saya bengkak dan dokter mengatakan kepada paman jika nanti malam saya belum muntah maka saya harus di kirim kerumah sakit yang lebih besar karena kemungkinan besar saya akan geger otak. Mendengar perkataan dokter itu, muka paman saya pucat sehingga dia tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Saya terpaksa menginap di rumah sakit karena dokter tidak mengizinkan saya untuk pulang di sebabkan karena keadaan saya yang tidak memungkinkan. Malam pun berlalu dan saya belum muntah. Amai saya menceritakan bahwa tadi malam banyak guru-guru SMPN 3 Bangkinang yang datang menjenguk saya namun saat itu saya tidur.
Beberapa jam kemudian datang seorang dokter untuk memeriksa saya apakah saya sudah membaik atau belum dan ketika itu saya langsung berkata kepada dokter kalau saya mau pulang dan tidak mau di rawat lagi lama-lama di rumah sakit ini, dokter tersenyum mendengar perkataan saya dan ternyata dokter itu mengizinkan saya untuk pulang karena keadaan saya sudah membaik dari yang sebelumnya. Saya pun pulang dan sesampai di rumah saya beristirahat dan tak lama setelah saya sampai di rumah teman-teman kelas dan guru kelas saya datang menjenguk saya di rumah dan ternyata di dalam rombongan kelas saya ada Yuka juga. Alangkah senangnya saya saat itu ketika Yuka datang menjenguk saya. Saat mereka semua berpamitan Yuka datang menyalami saya dan berkata cepat sembuh ya Helmi.
4 hari saya tidak masuk sekolah dan 4 hari itu saya pergunakan untuk istirahat yang cukup karena seminggu lagi LT (Lomba Tingkat) dan saya harus mempersiapkan tenaga yang cukup dan harus menjaga kesehatan saya, ternyata paman dan amai tidak membolehkan lagi saya ikut PRAMUKA karena mereka takut kalau semua itu akan terulang kembali. Ke esokan harinya pembimbing PRAMUKA saya memanggil saya dan bertanya apa benar saya mengundurkan diri untuk berhenti dan saya mengatakan sebenarnya bukan saya yang mengundurkan diri bu, akan tetapi paman dan amai saya tidak membolehkan bu namun saya ingin sekali mengikuti LT itu, jika ibu bersedia meminta izin kepada paman dan amai saya mungkin mereka akan menyetujui jika saya mengikuti LT ini bu. Hingga pada akhirnya pembimbing PRAMUKA saya datang ke rumah dan meminta izin kepada paman dan amai saya dan akhirnya saya di izinkan untuk mengikuti LT tersebut.
Berikut foto LT yang di adakan di Stanum:
           





            Foto sebelum melakukan upacara pagi


Foto ketika kegiatan melaksanakan Arah Lintang yang mana kami harus merayap di dalam air yang di penuhi kubangan. Di dalam foto ini ada Ella, Riska, Via, Devita, Helmi, Nanda dan Nurul.



Berikut ini foto setelah kagiatan Arah Lintang kami mandi bersama di bendungan Stanum.

Tidak terasa ternyata saya telah menduduki bangku kelas 3 dan saat itu saya pun telah menepati janji saya terhadap Yuka, semenjak kehadiran Yuka di dalam kehidupan saya, semuanya terasa sempurna sebab dia merupakan motivasi saya untuk belajar. Namun pada suatu ketika ada seorang teman saya yang mengatakan ternyata Yuka adalah anak dari guru bahasa Indonesia saya, namun selama ini Yuka tidak pernah mengatakan ibunya adalah guru di SMPN 3 Bangkinang akan tetapi Yuka hanya mengatakan bahwa orangtua dia bekerja di pasar sebagai pedagang. Sungguh saat itu hanya rasa kecewa yang ada sehingga saya tidak mau lagi bertemu dengan Yuka, entah apa yang di pikirkan Yuka sehingga dia membohongi saya. Saya pun menjauhi Yuka karena saya merasa di bihongi.
Ujian kelulusan untuk kelas 3 telah selesai dan alhamdulillah kami semua lulus dengan nilai yang memuaskan dan saya mendapatkan juara 3 di kelas 3 pada semester 2. Hingga suatu ketika sebelum saya ingin melanjutkan sekolah menengah atas, paman saya bertanya kepada saya, apakah saya mau melanjutkan sekolah di Bangkinang atau di Kampar, lalu dengan spontan saya menjawab kalau saya ingin masuk ke SMK Bangkinang namun ternyata paman saya tidak setuju dengan keinginan saya karena paman takut jika saya di rumahnya, saya akan kelahi lagi dengan amai saya sebab paman saya tidak mau itu semua terjadi lagi.
Mendengar kata-kata penolakan dari paman saya, saya merasa sedih sebab paman sendiri secara halus mengusir saya namun kenapa saya masih tetap bertahan. Memang saya akui saya tidak pernah akur lagi dengan amai saya semenjak kelas 3 namun saya tak pernah bercerita kepada ibu saya karena saya takut ibu saya sedih jika tau saya di perlakukan amai saya seperti babu di rumahnya.
Masa-masa SMA
Akhirnya saya pulang ke Danau Bingkuang dan melanjutkan sekolah di SMAN 1 Kampar dan alhamdulillah saya menikmati semuanya apa lagi di SMAN 1 Kampar ini saya memiliki sahabat-sahabat yang selalu ada buat saya di kala saya sedih ataupun bahagia. Nama sahabat-sahabat saya adalah Rini dan Ranti. Kami bertiga berteman dari kelas 2 hingga sampai saat ini. Berikut foto sahabat-sahabat saya di SMAN 1 Kampar :

Masa-masa SMA pun saya nikmati seperti teman-teman saya yg lainnya. hal yang berkesan bagi saya ketika SMA adalah saat mengenal kembali sesosok lelaki yang pernah saya kagumi saat SD dulu dan kini saya di pertemukan kembali di SMAN 1 Kampar. Hingga pada akhirnya ternyata Sanusi datang menghampiri saya dan duduk bersama saja sambil bergurau. Kami pun mulai dekat dan komunikasi lancar antara kami berdua. Pada suatu hari saat di sekolah SMAN 1 Kampar mengadakan acara kelas miting, kami berdua kabur dan pergi meninggalkan acara itu. Di sepanjang perjalanan kami bercerita masa-masa SD dulu hingga tak sadar ternyata saya menceritakan bahwa ketika SD dulu saya mengaguminya, di terdiam sambil senyum namun dengan muka yang malu saya memukul kepalanya sambil bergurau dan mengatakan saya bercanda.
Pada suatu hari Sanusi mengirim pesan singkat kepada saya yang berisi tentang perasaannya namun saya tidak menghiraukannya sebab menurut saya dia cuman bercanda. Tapi siapa sangka ternyata apa yang dibilangnya tentang perasaannya itu memang benar sebab dia berani menhungkapkan langsung kepada saya isi hatinya, saya pun tidak mau melewatkan semua itu terjadi sebab apa yang dia rasakan itu, saya juga merasakannya bahkan semenjak SD dulu.
Akhirnya kami menjalin hubungan dan hari-hari terasa indah saat bersamanya meskipun hubungan kami banyak sekali yang menantangnya, apa lagi yang menantang hubungan kami adalah keluarga kami. Akan tetapi, kami tidak pernah menghiraukan semua itu karena kami saling menyayangi. Terserah orang berpendapat apa tentang hubungan kami yang penting kami tidak melukan hal-hal yang di bicarakan orang itu. Sungguh terasa bahagia saat SMA ini dan semuanya terasa sempurnah apa lagi memiliki sahabat dan pacar yang baik. Mereka semuanya yang selalu memberikan motivasi kepada saya di kala saya mulai rapuh.
Berikut foto Sanusi :


Semenjak kepergian abah dari hidup kami, kami tidak pernah tau bagaimana rasanya di cium ayah, di peluk ayah, dan di perhatikan oleh ayah. Terkadang rasa iri itu muncul dan rasa ingin memiliki ayah hadir lagi namun saya selalu mengingat pesan abah, saya tidak boleh cengeng. Meskipun air mata tidak keluar namun sesungguhnya hati saya menangis. Sering saya bercerita kepada sanusi tentang rasa rindu saya terhadap abah namu terkadang sanusi marah dengan saya karena jika saya bercerita tentang abah kepadanya, saya selalu menangis dan dia tidak ingin saya mengeluarka air mata karena hal yang tidak penting bagi saya. Sanusi selalu mematahkan omongan saya jika saya mengatakan rindu kepada abah. Terkadang saya tertawa melihat dia marah akibat cerita saya. Sanusi tidak hanya seorang pacar bagi saya namun dia juga merupakan sahabat bagi saya.
Meskipun keluarga menantang hubungan kami namun perasaan kami tetap tidak akan berubah. Terkadang saya kasihan dengan Sanusi karena ibunya Sanusi selalu mengoceh dengan hubungan kami dan Sanusi selalu menjadi sasaran kemarahan ibunya dan begitupun dengan saya, saya menjadi sasaran kemarahan ayah tiri saya. Hingga suatu hari kami berdua mencari kemarahan keluarga kami dari kedua belah pihaknya dengan cara pergi jalan ke Bangkinang dan saya di boncengi oleh Sanusi dan siapa sangka ternyata semua itu menghasilkan kemarahan dari kedua orangtua kami namun meskipun orangtua kami menentang hubungan kami, kami tidak akan merubah keputusan kami dan kami tetap bertahan hingga suatu hari ibunya Sanusi datang menghampiri saya dan mengeluarkan kata-kata yang sangat melukai hati dengan tujuan menyuruh saya menjauhi anaknya namun saya tetap tidak mau, akan tetapi setelah kepergian ibunya Sanusi saya mulai terpikir bagaimana rasanya menjadi Sanusi yang setiap harinya mendengar ocehan dari ibunya dan mendengarkan kata-kata kasar ibunya tentang saya, dan akhirnya tumbuhlah perasaan untuk mengakhiri hubungan ini jika memang ini yang terbaik buat Sanusi maka saya akan melepaskan Sanusi dari pada setiap harinya Sanusi di marahi ibunya lebih baik saya mengorbankan perasaan saya ini.
Ke esokan harinya saya memberikan sepucuk surat untuk Sanusi yang isinya tentang hubungan kita tidak bisa di pertahankan lagi karena sampai kapan pun hubungan kita ini tidak akan di restui oleh keluarga kita. Maksudnya untuk mengirim surat ini adalah karena saya tidak mampu mengatakan langsung dengan mulut saya karena jauh di lubuk hati saya, saya masih mencintainya namun jika perpisahan ini mampu membuat keadaan keluarga dia dan keluarga saya membaik, apa salahnya saya berkorban untuk semua ini. Surat itu di terima langsung oleh Sanusi dan dia tidak mau membuka surat itu sebelum saya menceritakan isi surat itu, dan dengan perasaan yang berat akhirnya saya memberitahukan bahwa ibunya datang menemui saya dan meminta saya untuk meninggalkan Sanusi.
Mendengar cerita dari saya, Sanusi melemparkan pertanyaan yang amat sulit untuk saya jawab, Sanusi menanyakan apakah kamu tidak mencintai saya lagi, namun saya hanya terdiam sebab saya tidak mau membuat dia semakin terluka karena keputusan saya, hanya senyuman yang dapat saya berikan saat itu, namun Sanusi meminta saya untuk tetap bertahan dengan cara kami menjaga jarak dulu agar keluarga kami menyangka kalau kami uda putus.
Saya pun setuju dengan keputusan Sanusi dan akhirnya kami renggang untuk beberapa waktu, namun semuanya tidak berjalan dengan baik, ternyata Sanusi menghianati saya dan mengingkari janji yang di buatnya, dia telah mendapatkan pengganti saya dan meninggalkan saya dengan sebuah janji. Sungguh saat itu saya sangat kecewa atas keputusan yang di buatnya, namun tidak mengapa, mungkin saya memang bukan yang terbaik untuk dia. Saya hanya bisa berharap semoga suatu saat Sanusi mengingat janjinya itu dan mengucapkan kata maaf kepada saya.
Satu tahun pun berlalu dan saya tetap menunggu janji yang telah di ucapkan Sanusi namun ternyata semua sia-sia. Setiap hari saya hanya bisa melihat Sanusi bahagia dengan pacar barunya dan setiap hari saya merasakan sakitnya di hianati. Hingga suatu ketika timbul niat di hati untuk membalas semua sikap Sanusi itu terhadap saya, saya berniat untuk memacari teman dekatnya dan akhirnya semua itu terlaksana, saya menjalin hubungan dengan sahabatnya Sanusi yang bernama Febri dan siapa sangka ternyata Sanusi tidak suka dengan hubungan kami. Setelah saya mengetahui bahwa saat itu Sanusi sangat cemburu dengan Febri, saya merasa puas dengan semua itu, dan pada suatu malam, Sanusi mengirim pesan singkat kepada saya dengan mengucapkan selamat atas hubungannya namun saya tidak menghiraukan Sanusi. Akhirnya pun Sanusi mengungkit masa lalu dan dia mencoba mengingatkan semua tentang masa lalu saya bersama dia namun saya tetap tidak memperdulikan dia, hanya satu kata yang saya ucapkan saat itu, yaitu semua itu masa lalu dan saya sudah melupakan semuanya semenjak penghianatan yang kau berikan.
Hari-hari terasa bahagia saat semua sikap Sanusi saya balas melalui sahabatnya meskipun jauh di lubuk hati saya, saya masih mencintainya namun karena saya merasa terhianati saya tidak ingin mengakui kepada Sanusi semua itu. Masa-masa SMA yang penuh dengan liku-liku bagi saya namun terkadang membuat saya tertawa di saat bercanda dengan teman-teman.


Berikut foto SMA saya bersama teman-teman saya:

Di SMAN 1 Kampar ini saya mengambil jurusan IPA. Di jurusan IPA ini, pelajaran yang saya sukai adalah pelajaran Fisika. Di SMAN 1 Kampar ini sering diadakan lomba antar kelas salah satunya lomba masak. Lomba masak ini sering dibuat setelah selesai ujiab semester gabjil. Berikut foto kami ketika mengikuti perlombaan masak:

            Meskipun pada saat itu kami tidak menjadi juara satu ketika mengikuti lomba masak, namun kami cukup senang karena juara itu tidak penting bagi kami, yang penting adalah kebersamaan. Di SMA saya hanya mengikuti organisasi Drama saja karena saya tidak mau mempersibuk diri lagi.
Tidak terasa, ternyata masa-masa SMA akan berakhir dan kami semua akan berpisah. Semuanya terasa terlalu cepat. Pada saat itu ayah tiri kami pergi tinggalkan ibu seperti halnya yang di lakukan oleh abah dulu, mungkin memang jalan hidup kami seperti ini, hidup tanpa seorang ayah.
 Hari perpisahan SMAN 1 Kampar di laksanakan dan semua kami menghadirinya karena ini merupakan hari yang sangat kami tunggu-tunggu. Berikut ini foto perpisahan SMAN 1 Kampar :

Ini lah wajah-wajah sedih IPA 1 saat menyanyikan lagu perpisahan......
             Berakhirnya masa SMA berakhir pula hubungan saya dengan sahabatnya Sanusi yang bernama Febri itu karena tidak ada lagi yang akan saya sakiti sebab semua kita akan berpisah, dan tentunya Sanusi tidak akan melihat kami lagi dan buat apa juga saya masih bertahan dengan hubungan saya dan Febri meski pernah saya coba tuk menyayanginya namun ternyata saya tidak bisa, dan saya masih belum bisa melupakan Sanusi.





Masa-masa kuliah

Saya kuliah di UIR dengan jurusan bahasa Indonesia, sebenarnya jurusan bahasa Indonesia ini bukanlah jurusan yang saya cita-citakan karena sesungguhnya cita-cita saya ingin menjadi seorang bidan namun keluarga saya tidak menyetujui saya, mereka lebih menyukai profesi seorang guru karena di dalam keluarga saya lebih banyak guru, apa lagi saya seorang perempuan tentunya profesi seorang guru adalah profesi yang cocok untuk saya.
Awal perkuliahan adalah awal dari menentukan masa depan. Nah ketika kuliah ini saya tidak bisa bermain-main sebab kuliah ini biaya bukan murah tetapi sangat mahal, apa lagi yang membiayai saya hanya ibu saja dan bukan saya saja yang sekolah akan tetapi adik-adik saya juga sekolah jadi saya harus bisa irit dan saya harus bisa mencari duit untuk tambahan beli buku, mau tidak mau saya harus mengumpulkan duit untuk modal menjual pulsa dan akhirnya saya berhasil mengumpulkan modal untuk menjual pulsa, karena di dalam kelas saya pulsa itu sangat laris meskipun teman-teman hutang dulu namun tidak mengapa yang penting saya bisa mengumpulkan uang untuk membeli buku. Sering rasa iri itu timbul di saat pembayaran uang semester telah dekat karena pada saat itu lah saya selalu kebingungan untuk membayar uang semester, terkadang duit panen kebun ibu tidak seberapa dan duit itu yang akan di bagi-bagi ibu untuk membayar uang semester saya dan adik-adik saya.
 akan tetapi saya melihat teman-teman saya yang lain tidak pernah merasa khawatir jika pembayaran semester sudah dekat, mereka tinggal minta saja kepada orang tuanya dan langsung di kirim. Berbeda halnya dengan saya, saya harus mempertimbangkan dulu apabila ingin meminta uang semester karena tentunya jika saya meminta kepada ibu maka ibu pasti akan kebingungan sebab adik saya pun meminta duit kepada ibu untuk pembayaran uang sekolah dan uang buku LKS nya.
Setiap pembayaran uang semester pasti saya akan meminjam uang kepada teman saya karena uang yang di berikan ibu tidak pernah cukup untuk pembayaran semester. Meskipun saya meminjam uang kepada teman saya tetapi yang mengganti uang itu tetap saya nantinya sebab saya tidak mau meminta uang kepada ibu karena ibu tak akan ada uang untuk menggantinya.
Meskipun setiap semesternya begitu, saya tidak pernah menyerah dan putus asa, bagi saya ibu saya adalah motivasi saya untuk sukses nantinya. Saya cukup bahagia dengan semua ini karena saya memiliki ibu yang kuat dan sabar. Ibu selalu berpesan kepada kami jangan pernah kecewakan ibu karena sesungguhnya harta yang ibu miliki hanyalah kalian seorang.
Seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dengan keadaan yang seperti ini namun saya bahagia karena di kampus banyak sekali canda tawa sehingga masalah yang saya hadapi terasa ringan. Di kampus saya memiliki sahabat dekat dan dia bernama Ria Adi Purnam. Berikut foto sahabt saya Ria :

Nah, tempat pinjaman saya saat kekurangan uang pembayaran semester adalah Ria karena uang jajan perbulan Ria banyak maka dengan uang jajan Ria itu sementara saya pakai sebelum saya punya uang. Selain Ria saya juga sering meminjam uang kepada sahabat saya Ranti. Hidup saya ini tidak luput dari gali lobang tutup lobang, namun saya tetap bersyukur dengan semua ini.
Sungguh berjasa memiliki sahabat seperti mereka dan mungkin tanpa mereka saya tidak akan bisa mengikuti ujian semester. Berikut foto teman-teman kampus saya :

Hari-hari tanpa kehadiran seorang ayah kami jalani hingga sekarang. Bagi saya dan adik saya, ibu adalah sesosok wanita yang tegar dan ibu sekaligus ayah buat kami semua. Berikut foto saya, ibu dan adik-adik :

Ibu saya adalah motivasi saya untuk sukses.




















































































































































                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar