Makalah Sintaksis Lanjut
Struktur
Sintaksis Bahasa Pamona
Dosen
Pembimbing : Ermawati. S.,
S.Pd., M.A.
Disusun
Oleh :
Kelompok 5
1. Aris
Yulantomo
2. Helmi Yanti
3. Mei Elfrida
4. Ria Adi Purnama
5. Yuhernita
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilah ucapan syukur atas kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami (Kelompok 5) bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Bahasa Sintaksis Pamona” ini. Sholawat dan salam tidak lupa penulis
hadiahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad Saw.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber yang Penulis dapat
dari sumber buku “Struktur Bahasa Pamona” karya Rozali Latif dkk. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sintaksis. Makalah ini
ditulis secara praktis agar mudah dipahami oleh pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ermawati. S selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Sintaksis, dan kepada seluruh pihak yang telah
memberikan masukan dan bantuan baik berupa moril maupun materil sehingga
makalah ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta semua pihak yang membutuhkannya.
Pekanbaru,
Mei, 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB 1 Pendahuluan..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................ 1
BAB
2
Pembahasan...............................................................................................2
2.1 Frase-frase.................................................................................................... 2
2.2 Arti Frase...................................................................................................... 8
2.3 Frase Kerja................................................................................................... 11
2.4 Transformasi Kalimat................................................................................... 5
BAB
3
Penutup.....................................................................................................26
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 26
3.2 Saran............................................................................................................. 26
Daftar
Pustaka....................................................................................................... 27
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Bahasa
Pamona pemberian antara unsur kata (head
words) dan unsur penjelas (tail), maka berturut-turut akan
dikemukakan pemisahan kata secara immediate
constituent (IC cuts), (Gleason 1961:128) dan kemudian melihat adanya
penemuan pola kalimat. Frase termasuk bagian sintaksis. Semua konstruksi
sintaksis yang terbuat dari dua kata atau lebih, sepanjang tidak melampaui
pokok kalimat dan predikat itu lah frase. Jadi, frase merupakan satuan yang
lebih kecil daripada unit kalimat. Struktur frase dalam satu kalimat ialah
unsur-unsur yang membentuk frase dalam suatu kalimat. Berdasarkan cerita
rakyat, rekaman, data yang di peroleh, dapatlah dikemukakan bahwa dalam bahasa
pamona telah ditemukan beberapa frase, antara lain:
1. frase
benda;
2. frase
kerja;
3. frase
sifat;
4. frase
bilangan; dan
5. frase
depan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
sajakah Frase yang termasuk dalam bahasa pamona?
2. Bagaimana
penemuan pola kalimat didasarkan pada kelas kata?
3. Apa
pengertian transformasi kalimat ?
1.3 Tujuan
Penulisan Makalah
1.
Untuk mengetahui frase
apa saja yang termasuk dalam bahasa pamona.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana penemuan pola kalimat didasarkan pada kelas kata.
3.
Untuk mengetahui apa
itu transpormasi kalimat.
BAB
2 PEMBAHASAN
Untuk
memperoleh gambaran pola-pola struktur
sintaksis, struktur frase, jenis frase, dan unsur-unsur pembentuk frase dalam
bahasa famona, juga pemberian antara unsur kata (head words) dan unsur
penjelas (tail), maka berturut-turut
akan dikemukakan pemisahan kata secara immediate
constituent (IC cuts), (Gleason 1961:128) dan kemudian melihat adanya
penemuan pola kalimat. Frase termasuk bagian sintaksis. Semua konstruksi
sintaksis yang terbuat dari dua kata atau lebih, sepanjang tidak melampaui
pokok kalimat dan predikat itu lah frase. Jadi, frase merupakan satuan yang
lebih kecil daripada unit kalimat.
A. Frase-frase
Struktur
frase dalam satu kalimat ialah unsur-unsur yang membentuk frase dalam suatu
kalimat. Berdasarkan cerita rakyat, rekaman, data yang di peroleh, dapatlah
dikemukakan bahwa dalam bahasa pamona telah ditemukan beberapa frase, antara
lain:
1. Frase
benda;
2. Frase
kerja;
3. Frase
sifat;
4. Frase
bilangan; dan
5. Frase
depan.
Contoh-contoh
dari kelima frase ini akan dikemukakan secara berturut-turut yang diambil dari
rekaman, cerita rakyat, dan data tertulis yang ada. Frase-frase itu adalah
sebagai berikut.
1. Frase
benda
Kata benda sebagai
unsur kata (H) dan kata benda sebagai unsur penjelas (T), misalnya:
a.
Banua
woyo ‘rumah
bambu’
b.
Bau
maroro ‘ikan
bakar’
2. Frase
kerja
Kata kerja sebagai head words (H) dan kata kerja sebagai tail atau penjelas (T), misalnya:
a.
Mawai
mowelua ‘pergi
merantau’
b.
Mangkoni
mekakore ’pergi
merantau’
c.
Palaimo
riu ‘pergi dulu’
3. Frase
sifat
Kata sifat sebagai head words (H) kata kerja atau
keterangan sebagai tail atau penjelas
(T), misalnya:
a.
Maeda
kojo ‘rendah
sekali’
b.
Sala
pompilisi ‘salah
pilih’
c.
Malingka
malangkati ‘terlalu
tinggi’
4. Frase
bilangan
Kata bilangan sebagai head words (H) dan kata benda sebagai tail atau penjelas (T), misalnya:
a.
Radua
labu ‘dua
parang’
b. Santapi lipa ‘selembar sarung’
c. Aopo witti meja ‘empat
kaki meja’
5. Frase
depan
Kata
depan sebagai head words (H) dan kata benda (empat) sebagai keterangan atau
penjelas (T), misalnya:
a. Ri
banua ‘di
rumah’
b. Njou
ri pasa ‘ke
pasar’
c. Ungkari
lida ‘dari
sawah’
Pemberian
unsur-unsur yang dapat membentuk frase
Untuk
mendapatkan gambaran hubungan satu unsur dengan unsur lainnya dalam bahasa
pamona, terutama dalam pemisahan kata, berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang
dapat membentuk frase dari kelima frase yang sudah dikemukakan dalam
contoh-contoh terdahulu.
Pemisahan
kata pada setiap frase akan terlihat dalam posisi kata yang diterangkan (H) dan
posisi kata yang menerangkan (T).
Frase
Benda
Melihat
contoh-contoh frase benda terdahulu ternyata frase benda itu terdiri dari
unsur:
(1).
NP
HB TB
Contoh:
/Banua/ /Woyo/
‘rumah’ ‘bambu’
(2) NP
HB TK
contoh :
/bau/ /maroro/
‘ikan’ ‘bakar’
NP
(3) HB
TS
Contoh:
/lagiwa/ /kodi/
‘rusa’ ‘kecil’
Frase
Kerja
Berdasarkan
contoh-contoh frase kerja yang ada di depan, frase kerja terjadi dari beberapa
unsur:
(1)
VP
HK TK
Contoh:
/mankoni/
/mekakore/
‘makan’ ‘berdiri’
(2) VP
VK
Tket.
Contoh:
/palamic/
/riu/
‘pergi’ ‘dahulu’
(3) VP
HK
TS
Contoh:
/melonco/ /magasi/
‘lari’ ‘kencang’
Frase
sifat
Melihat
contoh-contoh frase sifat dalam daftar di depan, dapat dikemukakan bahwa unsur
frase sifat adalah sebagai berikut.
1. AP
Contoh : HS TK
/sala/ /pompilisi/
‘salah’ ‘pilih’
2. AP
Contoh : HS Tfreq.
/maede/ /kojo/
‘rendah’ ‘sekali’
3.
Contoh : Tfreq. AP HS
/maainka/ /malankati/
‘terlalu’ ‘tinggi’
Frase Bilangan
Sebagaimana
contoh-contoh frase yang dikemukakan dalam daftar terdahulu,maka unsur frase
bilangan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Contoh : Hbil NuP TB
/radua/ /labu/
‘dua’ ‘parang’
2.
NuP
Contoh : Hdef.
TB
/santapi/ /lipa/
‘selembar’ ‘sarung’
3. NuP
Contoh : Hind.
TB
/sakodi/ /ue/
‘sedikit’ ‘air’
Frase Depan
Seperti
terlihat dalam daftar contoh frase depan,penelitian ini menyimpulkan bahwa
unsur pembentuk frase depan agak sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan
unsur pembentuk frase-frase lainnya.Frase depan dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1.
PP
Contoh : HD
TL
/ri/ /banua/
‘di’ ‘rumah’
PP
2.
HD L TG
/ri/ / raya/ /yopo/
‘di’ ‘dalam’ ‘hutan’
Setelah
unsur-unsur pembentuk frase dari kelima frase itu selesai dikemukakan, di bawah
ini dikemukakan arti frase.
Arti
Frase
Seperti dikatakan pada bagian
terdahulu bahwa frase adalah susunan dari dua kata atau lebih ( unsur kata dan
unsur penjelas) yang tidak melampau subyek dan predikat. Berikut ini akan dikemukakan bagaimana hubungan satu unsur
kata dengan unsur penjelas lainnya dalam kelima frase menurut arti leksikalnya.
Frase
Benda
Frase
benda terbentuk antara lain dari unsur-unsur sebagai berikut.
a) NP :1
Contoh : B1 B2
/banua/ /woyo/
B2
menggolongkan B1 kedalam suatu golongan yang dinyatakan oleh golongan B2.
B1
= unsur kata (H) B2 = unsur penjelas
(T).
b) KB
+ KK
NP :2
Contoh : B1 K
/bau/ /maroro/
K
menyatakan keadaan tentang B1 akibat kerja dari K B 1 = unsur kata (H).
K
= unsur penjelas (T) yang menyatakan keadaan dari pada B1.
c) KB
+ KS
NP :3
Contoh : B1 S
/lagiwa/ /kodi/
B1
= unsur kata (H)
S
= unsur penjelas (T) menyatakan sifat dari B1
d) KB
+ KT
NP :12
Contoh : B1 T
/ingono/ /setu/
B1
= unsur kata (H)
T = Unsur penjelas (T)
yang membedakan B1 dengan B lainnya.
(e)
KB + Pos.
NP
: 6
Contoh : B1 Pos
/bonde/ /ku/
B1
= Unsur kata (H)
Pos
= Unsur penjelas (T) yang menyatakan pemilikan dari B1.
(f)
KB + Kbil
NP :16
Contoh : B1 Bil.
/eo/ /katatogo/
B1
= Unsur kata(H)
Bil
= Unsur penjelas (T) yang menyatakan urutan dari B1.
Frase
Kerja
Di
bawah ini dikemukakan pula pertalian antara unsur kata dengan unsur penjelas
dalam frase kerja,antara lain.
1) KK
+ KK VP :20
Contoh : K1 K2
/maᶯkoni/ /mekakore/
K1
= Unsur kata (H)
K2
= Unsur penjelas (T) menyatakan keadaan dari tindakan K1.
2) KK
+ Ket.
VP :21
Contoh : K1 Ket.
/palaimo/ /riu/
K1
= unsur kata (H)
Ket
= unsur penjelas (T) menyatakan urutan waktu atas pekerjaan yang dilakukan oleh
K1.
3) KK
+ KS
VP :22
Contoh : K1 S
/molonco/ /mangasi/
K1
= Unsur kata (H)
S
= unsur penjelas (T) menyatakan cara kerja dari K1.
4) KK+KB
VP :26
Contoh : K1 B
/montunu/ /jole/
K1
= Unsur kata (H)
B
= unsur penjelas (T) menyatakan tindakan
K1 terhadap B yang akibatnya diderita oleh B.
5) Kfreq
+ KK
VP :31
Contoh : Freq
K
/senaya-naya/ /dajela/
K
= Unsur kata (H)
Frase sifat
1. KS
+KK
S
= unsur kata (H)
K
= unsur penjelas (T) yang menyatakan suatu perbuatan diluar dari maksud S.
2. KS
+ Kfreq
K
= unsur kata (H)
Freq
= unsur penjelas (T) menyatakan tingkat perbandingan dialami oleh S
3. Kfreq
+ KS
Freq
= unsur penjelas (T) menyatakan tingkat perbandingan.
S
= unsur kata (H).
4. Kfreq-
ES + Kfreq
Frq.1
= unsur penjelas (T) bagi Freq.2 dan S yang menyatakan tingkat perbandingan
yang superlatif.
Freq.2+S
= unsur penjelas (T) atas Freq.1.
Freq.2
= unsur penjelas (T) bagi S yang menyatakan sifat dari S.
S
= unsur kata (H) bagi Freq.2.
Frase Bilangan.
Frase
bilangan dalam bahasa pamona dapat dikelompokkan dalam bilangan biasa
(ordinal), noun determiner
(beberapa), dan yang menyatakan satuan (unit) seperti dibawah ini :
1. KBil
+ KB
Bil
= unsur penjelas (T) yang menyatakan jumlah atas B.
B
= unsur kata (H)
Dalam
bahasa pamona bilangan indefinite
(sedikit dan banyak) tidak dibedakan dalam pemakaian kata benda tertentu.
Berbeda dalam bahasa Inggris: manya untuk
benda yang dapat dihitung dan much untuk
benda yang tidak dapat dihitung.
Frase Depan
Unsur
pembentuk frase depan dalam bahasa pamona jumlahnya lebih kecil jika
dibandingkan dengan frase-frase lainnya. Unsur pembentuk itu, antara lain yang
menyatakan tempat tinggal (where),
menunjukkan arah atau tujuan (where...to),
dan yang menunjukkan tempat asal (where..from)
seperti dibawah ini :
1. KD
+ KB
D
= unsur kata (H).
L
= unsur penjelas (T) yang merupakan obyek dari D : dan sekaligus menunjukkan
tempat tinggal.
Demikian
lah gambaran tentang hubungan antara unsur kata dengan unsur penjelas dalam
bahasa pamona.
4.2. Penemuan Pola Kalimat
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan
struktur, jenis, dan arti serta bagaimana hubungan antara unsur kata dan unsur
penjelas dalam bentuk headed construction.
Dengan headed construction ini
dapatlah dikemukakan bagian pola kalimat dalam bahasa pamona. Penemuan pola
kalimat itu didasarkan pada kelas kata (qord
classes) sebagai berikut :
a. Kelas
kata dengan angka (I),
b. Kelas
kata kerja dengan angka (II),
c. Kelas
kata sifat dengan angka ( III),
d. Kelas
kata bilangan dengan angka (IV).
Untuk menemukan pola kalimat diatas,
ditempuhlah sistem penyebaran dan pergantian tempat antara setiap kelas kata
supaya dapat terlihat dengan jelas pola kalimat mana yang tinggi frekuensi
pemakaiannya, yang kurang, dan yang sama sekali tidak pernah dipakai ( dalam
arti yang mempunyai makna).
Pola
yang digunakan adalah pedoman frame
yang didasarkan pada morfem kelas sebagai berikut :
No.
|
Posisi
|
Morfem
Kelas
|
|||
Dasar
I
|
Dasar
II
|
Dasar
III
|
Dasar
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
I
I
I
I
I
I
|
II
II
III
III
IV
IV
|
III
IV
II
IV
III
II
|
IV
III
IV
II
II
III
|
|
KB
|
KK
|
KS
|
KBil.
|
No.
|
Posisi
|
Morfem
Kelas
|
|||
Dasar
II
|
Dasar II
|
Dasar
III
|
Dasar IV
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
II
II
II
II
II
II
|
I
I
III
III
IV
IV
|
III
IV
I
IV
I
III
|
IV
III
IV
I
III
I
|
|
KK
|
KB
|
KS
|
KBil
|
No.
|
Posisi
|
Morfem
Kelas
|
|||
Dasar
III
|
Dasar
II
|
Dasar
I
|
Dasar
IV
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
III
III
III
III
III
III
|
I
I
II
II
IV
IV
|
II
IV
I
IV
I
II
|
IV
II
IV
I
II
I
|
|
KS
|
KB
|
KK
|
KBil
|
No.
|
Posisi
|
Morfem
Kelas
|
|||
Dasar
IV
|
Dasar
I
|
Dasar
II
|
Dasar
III
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
IV
IV
IV
IV
IV
IV
|
I
I
II
II
III
III
|
II
III
III
I
I
II
|
III
II
I
III
II
I
|
|
KBil
|
KB
|
KK
|
KS
|
Dari
frame diatas dapatlah dilihat kemungkinan kalimat dalam susunan yang benar
serta makna yang ada seperti halnya dibawah ini :
No
urut.
|
Pola
“A”
|
|||
Dasar
I KB
|
Dasar
II KK
|
Dasar
III KS
|
Dasar
IV KBil
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
/kinaa/
Nasi
I
/ngacu/
Kucing
I
/tau/
Orang
I
/Salana/
Celana
I
/tonci/
Burung
I
/Topojamaa/
Petani
|
/nakoni/
Dimakan
II
/mankeni/
Membawa
III
/malose/
Malas
III
/madolidi/
Bagus
IV
/pura-pura/
Semua
IV
/bukan/
banyak
|
/mata-mata/
Mentah-mentah
IV
/tatogo/
Tiga
II
/maguru/
Belajar
IV
/sambaa/
Satu
II
/moyoko/
Terbang
III
/mapeso/
Kuat
|
/samba
tebo/
Satu
piring
III
/banke/
Besar,
IV
/sakodi/
Sedikit
III
/naoli/
Dibeli
III
/ndateka/
Tinggi
II
/Motetala/
kerja
|
No
Urut
|
Pola
“B”
|
|||
Dasar
II KK
|
Dasar
I KB
|
Dasar
III KS
|
Dasar
IV KBil
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
/Maninu/
Minum
II
/Mesombulaka
Melompat
II
/mankita/
Melihat
II
/malonco/
Lari
II
/mampota/
Memetik
II
/mampawia/
Membangun
|
/baru/
Tuak
I
/jayaue/
Parit
III
/lawa/
Jauh
III
/maliga-liga/
Kencang
IV
/alima/
Lima
IV
/radua/
dua
|
/momi/
Manis
IV
/tatogo/
Tiga
IV
/maria/
Banyak
I
/japi/
Sapi
I
/jambu/
Jambu
III
/maede/
rendah
|
/sagutu/
Seteguk
III
&kabini/
Lebar
I
/tau/
Orang
IV
/sampuyu/
Sepuluh
III
/matasa/
Masak
I
/banua/
rumah
|
No
Urut
|
Pola
“C”
|
|||
Dasar
III KB
|
Dasar
I KB
|
Dasar
II KK
|
Dasar
IV KBil
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
/matasa/
‘masak
III
/maleni/
‘lambat
III
/maroso/
‘Kuat
III
/malei/
‘lemah
III
/maroso/
‘cepat
III
/malene/
‘cepat
|
/taipa/
Mangga
I
/labua/
Kerbau
II
/maukotaka/
Angkat
II
/motetala/
Bekerja
IV
/pura-pura/
Semua
IV
/alima/
lima
|
/manawu/
Jatuh
IV
/tatogo/
Tiga
I
/santila/
Sebagian
IV
/anangodi/
Anak-anak
I
/anangodi/
Anak-anak
II
/Motetala/
kerja
|
/maria/
Banyak’
II
/malinja/
Jalan’
IV
/motetela/
Kerja’
I
/tau setu/
Orang itu’
II
/motetala/
Kerja’
I
/topojamaa/
Petani’
|
4.3 Transformasi Kalimat
Transformasi atau pengalihan kalimat
ialah perubahan susunan suatu jenis bentuk kalimat ke kalimat lainnya,
misalnya, bentuk kalimat berita ke bentuk kalimat bertanya dan atau ke kalimat
menyangkal, dan ke kalimat perintah dan bentuk pasif (pembalikan) yang
disebabkan oleh adanya perubahan secara ke dalam (internal).
Khusus bentuk kalimat tanya dalam
bahasa pamona tidak berbeda dengan bentuk kalimat berita. Untuk mengenal yang
mana kalimat berita dan yang mana kalimat tanya terletak pada lagu kalimat atau
intonasi kalimatnya. Akan tetapi, bagi kalimat tanya dengan kata tanya
perbedaan itu dapat dilihat dengan jelas dalam susunan kalimatnya.
Sebagai penjelas pola-pola kalimat
di atas, berikut ini berturut-turut akan dikemukakan melalui pola kallimat
dasar dengan variasinya sebagai berikut.
4.3.1
S + PV
Pola S + P mengandung kata dengan atau tanpa penjelas
(modifer) berfungsi sebagai subyek dan
kata kerjanya sebagai predikat.
a.
Kalimat Berita
NP --------VP
Contoh : /Sia malai/
‘Dia Pergi’
Contoh: /Ree sia/ “Ada dia’
Kedua contoh susunan kalimat di atas dapat di dengar
dalam bahasa Pamona. Namun, yang kedua kurang frekuensi pemakaiannya dibanding
dengan yang pertama. Susunan kalimat VP-------NP dipakai apabila predikatnya
lebih ditoljolkan dari pada subyeknya.
b.
Kalimat Tanya dengan Kata Tanya (Wh)
Wh -----------VP
Contoh :
(/Isema/Incema) mabobaki/
‘Siapa memukul’, atau
Anu -------Wh-------VP
/Anu incema mabobaki/
‘yang siapa memukul’ (siapa yang memukul).
4.3.2
Pola S+PV+M
Pola kalimat S+PV+M mempunyai predikat dengan kata kerja
intransistif dan keterangannya biasa terdiri dari keterangan waktu, tempat, dan
kata sifat.
a.
Kalimat berita
NP -------- VP
------- S
Contoh : /Anawae Setu
nukita madolidi/
‘gadis itu kau
lihat cantik’
(gadis itu
kelihatan cantik)
Nu- pada kata nukita
adaalh proklitik dari kamu (-mu).
b.
Kalimat Tanya
NP--------- Wh------- Vp-------- T
Contoh : /Tau mbei
malai ribonde/
‘Orang yang mana
pergi di kebun’
(Orang yang mana
ke kebun?)
-mbei ‘mana’ selalu
mengikuti kata benda.
c.
Kalimat sangkal
NP ------t----- VP---- T
Contoh: /Topojamaa
baree mankoni ri lida/
‘Petani tidak makan di sawah’
(petani itu tidak makan di sawah.) atau
t------ NP---- VP--- T
/Bana ipapa mankoni ri banua/
‘Bukan ayah makan di rumah’
Pada kedua contoh kalimat menyangkal dan kata tidak dan
bukan tertera di atas ternyata ada perbedaan pola kalimat, yakni yang pertama
subjek diikuti kata tidak, yang kedua kata bukan mendahului subjek.
4.3.3
Pola S+ PV+SC
Pola kalimat S+PV+ SC mempunyai keterangan subjek yang
terdiri dari kata sifat, kata benda, dan kata depan.
a.
Kalimat Berita
NP------ Vp ---- S
Contoh: /Inau setu
kuepe mabure/
‘sayur itu kurasa asin’ (sayur
itu terasa asin)
Atau VP ----- NP----- S
/Kuepe inau setu mabure/ ‘kurasa
sayur itu asin’
Kata-kata, seperti kelihatan, terasa yang lazim disebut
dalam bahasa Inggris linking verba
selalu diucapkan dalam bahasa Pamona ku-lihat dan kurasa karena rasa asin dan
cantik langsung dirasakan oleh pelakunya bukan objeknya.
NP---- Vp---- B
Contoh : /Sia ree
toposikola/
‘dia ada pelajar’ (Dia
pelajar)
VP---- NP----- B
Contoh :/Mewali sia
kapala kampu/
‘menjadi dia kepala kampung’ (Dia kepala kampung).
NP---- VP ----D
Contoh: /Ngaru ree ri
ata/
‘Kucing ada di atap’ (Kucing
di atas atap.
b.
Kalimat Sangkal
Pola kalimat sangkall yang mempunyai keterangan subyek
dalam bahasa Pamona, umumnya menggunakan kata sangkal bukan ‘bana’, misalnya :
Contoh : /Bana mawali
kepala kampung sia/
‘bukan menjadi kepala kampung dia’
(Bukan dia jadi kepala kampung).
Atau /Bana ri wawo ata ngaru/
‘Bukan si atas atap kucing’
(Bukakn kucing di atas atap)
4.3.4
Pola S+ PV+DO
Dalam
ketiga pola kalimat yang berikut, setiap bentuk kalimat akan si setai bentuk
pasif (pembalikan).
a.Kalimat
Berita
NP1
----- VP---- NP
Contoh : /Imama maoli
lipa
‘Ibu membeli sarung’
NP2---- Vp ---- NP1
/Lipa ndaoli imama/
‘sarung dibeli ibu’
nda- (honorifik pembentuk pasif) digunakan bagi
orang ketiga tunggal.
b.
Kalimat Sangkal
NP1 ----- t ----- VP ----- NP2
Contoh : /Ipapa baree
malepa kayuku/
‘Ayah tidak mengupas kelapa’
NP2 ----- t ---- VP--- NP1
/Kayuku beree ndelepa ipapa/
‘Kelapa tidak dikupas ayah’
Atau t ---- NP2 ---- VP ----- NP1
/Bana kayuku ndelepa ipapa/
‘Bukan kelapa dikupas ayah’
Nee ---- NP2 ----- VP ---- NP1
/Nee lipo naoli i Badu/
‘Jangan sarung (yang) dibeli Badu’.
na- pada kata naoli
pembentuk pasif bagi orang ketiga tunggal yang umur atau tingkat sosialnya
lebih rendah dari si pembica.
c.
Kalimat Tanya
Wh ----- NP1----- VP---- NP2
Contoh: /Unkarisema sia
marata sura/
‘Cari siapa dia menerima surat’
Wh ------ NP2 --- VP---- NP1
/Unkarisema sura narata sia/
‘Dari siapa surat itu diterima dia’
(Dari siapa surat itu diterima?).
na- pada narata
menyatakan orang ketiga tunggal yang sederajat atau lebih muda umurnya.
4.3.5
Pola S + PV + DO + OC
Dalam bahasa Pamona, pola S+ PV + DO+ OC terdiri dari
kata sifat dan kata benda.
a. Kalimat Berita
NP1 ----- VP --- NP2 ----- B
Contoh : /Tukakaku
mapatoo anana Ali/
‘Kakakku menamai anaknya Ali’.
NP2 ------ VP ----- (NP1) ---- B (OC)
/Anana ndapatoo – Ali /
‘Anaknya dinamai Ali’.
NP2
---- S ----VP ---Ǿ(NP1)
/Lipa modalidi ndaoli --/
‘Sarung bagus dibelinya’.
b.
Kalimat Singkat
NP1 ---- t ---- VP ---- NP2
---- B
Contoh : /Sia baree mapatoo anana Aminah/
‘Dia tidak menamai anaknya
Aminah’.
NP2 ---- t ---- VP ---- B
(OC)
/Anana baree ndapatoo
Aminah/
‘Anaknya tidak dinamai
Aminah’.
c. Kalimat
Tanya
NP1 ---- VP ---- NP2 ----
Wh-
Contoh : /Sia
medopai lagiwa nunjaa?/
‘Dia membunuh dengan rusa apa?’
(Dia membunuh rusa itu
dengan apa?)
NP2 ---- VP ---- Wh-
/Lagiwa napelopai nunjaa?/
‘Rusa dibunuh dengan apa?’
(Dengan apa rusa itu
dibunuh?)
4.3.6 Pola S + PV .. + IO + DO
Dalam pola S + PV .. + IO + DO akan
terlihat bentuk pasif (Ppembalikan) dengan memilih DO atau IO sebagai pokok
kalimat (NP2).
a. Kalimat Berita
NP1 ---- VP ---- NP2 ----
NP3
Contoh: /Ipapa mawaika kami doi/
‘Ayah memberikan kami uang’.
VP ---- NP2 ---- NP3
/Ndawaika kami doi/
‘Diberikan kami uang’
atau : NP2 ---- VP ---- NP3
/Kami ndawaika doi/
‘Kami diberikan uang’.
Nda- menyatakan
orang ketiga tunggal yang lebih tua atau yang dihormati
(honorific pembentuk pasif).
b.
Kalimat
Sangkal
NP1 ---- t ---- VP ----
NP2 ---- NP3
Contoh
: /yaku baree mantimaka sia kina/
‘Saya tidak membawakan dia nasi’.
NP2 ---- t ---- VP ---- NP3
/Sia baree kutimaka kina/
‘Dia tidak kubawakan nasi’.
(Dia tidak dibawakan nasi).
c.
Kalimat
Tanya
Wh- ------ NP1 ------
VP ------ NP2 ------ NP3
Contoh
: /Makuja sia meolika anana baju/
‘Mengapa dia membelikan anaknya
baju’.
Wh- ------ VP ------ NP2 ------
NP3
/Makuja naolika anana baju?/
‘Mengapa dibelikan anaknya baju?.
Bentuk
pasif (pembalikan) dalam bahasa Pamona yang mempunyai objek dua (DO dan IO), IO
jarang, bahkan, tidak pernah menjadi subjek dalam bentuk pasif.
d.
Kalimat
Perintah
Ciri-ciri
subjek dalam kalimat perintah bahasa Pamona dapat dilihat pada kata honorifiks (ndi-, nda, dan –mo) pada kalimat Pola
kalimatnya, antara lain:
Ǿ ------ BP ------ mo
Contoh: /palaimo!/
‘pergilah’
mo- menyatakan perintah
yang ditunjukan kepada seseorang yang sederajat atau lebih muda umurnya.
/ndipankomino/
Makanlah
ndi- menyatakan
perintah kepada orang jamak yang lebih tinggi derajatnya atau lebih tua.
/ndapankonimo/
nda- menyatakan
perintah kepada orang kedua tunggal yang lebih tinggi derajatnya tau lebih tua.
Khusus kalimat
menyangkal dengan kata bukankah dan tidakkah pola kalimatnya adalah sebagai
berikut:
Ara ------t ---- NP----- VP
Contoh : / Ara baree
sia ndahuku/
‘Barangkali tidak dia dihukum?)
t------ NP----- D
Contoh : / Baree komi
ri banua/
‘Tidakkah kau di
rumah?’
BAB
3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan cerita rakyat, rekaman, data
yang di peroleh, dapatlah dikemukakan bahwa dalam bahasa pamona telah ditemukan
beberapa frase, antara lain: (1)Frase benda; (2)Frase kerja; (3)Frase sifat;
(4)Frase bilangan; dan (5)Frase depan. Penemuan pola kalimat bahasa Pamona didasarkan
pada kelas kata (qord classes)
sebagai berikut :
a. Kelas
kata dengan angka (I),
b. Kelas
kata kerja dengan angka (II),
c. Kelas
kata sifat dengan angka ( III),
d. Kelas
kata bilangan dengan angka (IV).
Untuk menemukan pola kalimat diatas,
ditempuhlah sistem penyebaran dan pergantian tempat antara setiap kelas kata supaya
dapat terlihat dengan jelas pola kalimat mana yang tinggi frekuensi
pemakaiannya, yang kurang, dan yang sama sekali tidak pernah dipakai (dalam
arti yang mempunyai makna).
Transformasi atau pengalihan kalimat
ialah perubahan susunan suatu jenis bentuk kalimat ke kalimat lainnya,
misalnya, bentuk kalimat berita ke bentuk kalimat bertanya dan atau ke kalimat
menyangkal, dan ke kalimat perintah dan bentuk pasif (pembalikan) yang
disebabkan oleh adanya perubahan secara ke dalam (internal). Khusus bentuk kalimat
tanya dalam bahasa pamona tidak berbeda dengan bentuk kalimat berita. Untuk
mengenal yang mana kalimat berita dan yang mana kalimat tanya terletak pada
lagu kalimat atau intonasi kalimatnya. Akan tetapi, bagi kalimat tanya dengan
kata tanya perbedaan itu dapat dilihat dengan jelas dalam susunan kalimatnya.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah yang berjudul “Aneka
Tindak Komunikatif” ini kami buat, semoga
bermanfaat bagi orang yang membacanya dan menambah wawasan bagi orang yang
membaca makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
kata dan kalimat yang tidak jelas. Penulis banyak berharap supaya para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi kesempurnaan
makalah ini pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis, khususnya para pembaca sekalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Latif, Rozali dkk. 1984. Struktur Bahasa Pamona. Jakarta. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.