Biodata
Nama Lengkap : Helmi Yanti
Nama Panggilan : Helmi
Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Duit, 07-11-1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (Pertama)
No.Telepon : 085265067727
Pendidikan
a. SD : SDN 011 Kemang Indah
b. SMP : SMPN 3Bangkinang
c. SMA : SMAN
1 Kampar
d. Perguruan Tinggi : UIR
(Universitas Islam Riau)
Orang Tua
a. Ayah : Zamhari
b. Ibu : Fitri Nuraini
Cita-cita : Menjadi dosen yang
Profesional dan Berkualitas
Hobi : Mendengarkan
musik, membaca dongeng, dan membaca puisi.
Motto : Pengalaman adalah
guru
yang Berkualitas.
Masa-masa kecil yang penuh dengan tawa
Nama lengkap saya
yaitu Helmi Yanti sedangkan keluarga saya biasa memanggil saya Emi namun jika
disekolahan saya sering di panggil Helmi. Nama yang unikkan akan tetapi ada
yang lebih unik lagi ketika saya berumur 2 tahun saya sering di panggil oleh
keluarga abah saya yaitu tuel, namun gara-gara panggilan tuel yang dibuat oleh
keluarga abah saya makanya abah saya mengganti nama saya menjadi Helmi. Saya
lahir pada tanggal 07 November 1992 akan tetapi saya sering mempertanyakan
tahun kelahiran saya ini kepada kedua orangtua saya karena anak kakak dari abah
saya tahun kelahirannya sama dengan saya akan tetapi di akte kelahiran saya
lebih tua dari dia, sedangkan dia itu yang lebih tua dari saya namun kenapa di
akte kelahiran tahun lahir dia adalah tahun 1993, nah ini lah yang membuat saya
bingung. Akan tetapi terpaksa lah saya mengikuti akte kelahiran saya saja dari
pada semuanya berantakan, mau tidak mau saya lebih tua dari pada saudara sepupu
saya, meskipun pada kenyataan dia lebih tua dari saya.
Saya terlahir dari pasangan Zamhari dan Fitri.
Mereka adalah sesosok orang tua yang sayang pada anaknya, apa lagi abah saya
dia adalah seorang ayah yang selalu mengikuti apa yang saya mau dan tidak
pernah mengatakan tidak jika saya menginginkan sesuatu. Bertepatan pada usia 4
tahun abah dan ibu saya pindah rumah dari Danau Bingkuang ke Minas dan ketika
saya berumur 4 tahun ini saya diberikan oleh Allah seorang adik yang cantik
yang bernama Meri Zam Fitri. Satu tahun pun tak terasa, hari-hari kami jalani
dengan penuh syukur. Pada umur 5 tahun orangtua saya menawarkan saya untuk
masuk ke sebuah TK di minas namun saya selalu mencibirkan sekolah TK tersebut
karena menurut saya sekolah TK itu hanya sekolah pergi makan saja. Berikut ini
adalah foto abah dan ibu saya.
Ketika usia saya
mau memasuki ke 6 tahun, saya dan keluarga saya pindah dari minas ke kampung
saya lagi yaitu Danau Bingkuang karena ayah dari ibu saya atau kakek saya
selalu sakit-sakitan semenjak ibu saya pindah ke Minas. Hampir setiap hari
paman dan adik abah saya datang menjenguk kami diminas dengan tujuan membujuk
kami untuk kembali ke Danau Bingkuang dan akhirnya abah saya mengikuti
keinginan kakek saya, lain halnya dengan ibu saya, ibu saya bersih keras untuk
tidak akan pulang ke Danau Bingkuang karena ibu saya selalu mengingat kata-kata
kasar kakek yang selalu di lontarkannya untuk abah saya. Namun pada akhirnya
ibu saya pun luluh karena abah saya selalu mengajarkan saya dan ibu saya untuk
tidak memiliki sifat dendam.
Berikut ini adalah
foto saya dan adik saya Meri
Kepulangan kami
kekampung halaman kami disambut dengan gembira oleh keluarga ibu saya karena
ibu saya merupakan anak perempuan yang melahirkan cucu pertama perempuan untuk
kakek dan nenek saya. Cucu perempuannya itu tidak lain adalah saya sendiri,
kakek dan nenek saya sangat sayang pada saya bahkan apa yang saya mau selalu
saya dapatkan dari kakek dan nenek saya. Semuanya pun terasa sempurna.
Di usia 6 tahun
lebih, keinginan saya untuk sekolah sudah mulai ada sehingga abah dan ibu saya
selalu mengingatkan saya bahwa umur untuk masuk SD (Sekolah Dasar) itu harus
sampai 7 tahun nak kata ibu dan abah saya, namun saya selalu menangis agar
keinginan saya dikabulkan oleh ibu dan abah saya. Karena hanya dengan tangisan
itulah semuanya dapat dikabulkan oleh orangtua saya sebab mereka sudah tidak
tahan lagi mendengar tangisan saya. Senjata rahasia saya untuk mendapatkan
sesuatu yaitu dengan menangis. Akhirnya di suatu pagi ibu saya membawa saya ke
SD (Sekolah Dasar) yang ada dikampung saya. Awalnya pihak sekolah yang menerima
siwa baru menanyakan kepada saya berapa umur saya lalu saya menjawab pertanyaan
bapak itu dengan lantang dengan jawaban 6 tahun lebih pak, lalu bapak itu
berkata jika umur 6 tahun lebih kami tidak bisa menerima anak ibu untuk sekolah
disini karena syarat untuk menerima siswa baru yaitu berumur 7 tahun bu.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut bapak itu, saya langsung
mengeluarkan senjata rahasaia saya yaitu menangis dengan kuat dengan berkata
saya mau sekolah hingga hampir setiap kata yang keluar dari mulut saya hanya
ungkapan ingin sekolah. Bapak itu tercengang sejenak melihat saya dan ia
berusaha menghentikan tangisan saya namun saya tidak menghiraukan bapak itu,
lalu ibu saya berusaha untuk membawa saya keluar dari ruangan itu akan tetapi
saya tetap menolak ajakan ibu saya, saya tetap mempertahankan keinginan saya
untuk masuk sekolah. Hingga pada akhirnya bapak itu bertanya kepada saya, siapa
yang menyuruh kamu untuk sekolah nak ujar bapak tersebut, lalu saya menjawab
dengan penuh harapan agar bapak itu mau menerima saya untuk masuk ke sekolah
tersebut. Hanya ada beberapa kata keluar dari mulut saya pada saat itu yaitu
saya sendiri pak! Dengan senyuman bapak itu mengatakan bahwa saya diterima di
sekolah dasar tersebut yaitu SD 011 Kemang Indah.
Masa-masa SD
Awal mulai
memasuki Sekolah Dasar dengan memakai serba baru, baju baru, tas baru, sepatu
baru dan teman baru. Di hari pertama saya memasuki Sekolah Dasar itu saya
memilih teman sebangku saya dan pada saat itu teman satu tempat duduk saya
bernama Dewi dan ternyata Dewi itu adalah tetangga saya hanya saja saya tidak
pernah tahu kalau dia adalah tetangga saya. Sekolah SD 011 dulu sekarang telah
berganti nama menjadi SD 016. Berikut foto SD 016 yang sekaran ini.
Hari-haripun saya jalani dengan penuh
senyuman. Setiap paginya ketika ingin berangkat kesekolah, ibu saya selalu
mengepang rambut saya dan begitupun setiap hari. Ketika saya memasuki mata
pelajaran Agama Islam itu adalah awal dari saya menikmati bagaimana menjadi
seorang siswa Sekolah Dasar, alangkah takutnya saya ketika saya memulai mata
pelajaran Agama Islam itu karena guru Agama Islam saya itu sangat pemarah,
hampir semua teman sekelas saya takut dengan bapak itu karena kakak-kakak kelas
saya mengatakan bahwa bapak itu suka marah sehingga bapak itu pernah menampar
siswa akibat kemarahannya itu, akan tetapi setelah saya perhatikan selama bapak
itu mengajar tidak ada sedikitpun sikap bapak thu seperti yang dikatakan kakak
kelas saya itu dan ternyata guru Agama Islam saya itu penuh dengan kejutan
ketika mengajarkan kami semua dan bapak itu sering senyum dan yang lebih hebat
lagi bapak itu hapal dengan nama saya sehingga saya sangat menyukai pelajaran
Agama Islam itu. Pelajaran Agama Islam itu di ajarkan hanya seminggu sekali
sehingga saya hanya bertemu dengan bapak itu seminggu sekali tapi meskipun
hanya seminggu sekali bertemunya dengan bapak itu, saya tidak akan merubah mata
pelajaran kesukaan saya selain Agama Islam itu, mata pelajaran Agama Islam itu
diajarkan setiap hari Jumat dan setiap minggunya saya selalu menunggu-nunggu
hari Jumat itu.
Catur wulan
pertama pun berlalu dan nilai saya pun memuaskan meskipun saya tidak dapat
menjadi juara kelas namun saya cukup puas dengan nilai yang saya peroleh.
Ketika ingin memasuki catur wulan kedua ketika itu abah saya pergi meninggalkan
saya, adik dan ibu saya yang hamil 7 bulan. Awalnya kepergian abah saya ketika
pagi itu dengan tujuan untuk pergi kerja namun ternyata kepergiannya untuk
pergi bekerja dan tak pulang-pulang lagi. Alangkah malangnya nasib kami pada
saat itu ditambah lagi ibu saya yang hamil 7 bulan dan dia tidak bisa merasakan
bagaimana diperhatikan oleh suami ketika hamil akan tetapi ibu saya tidak
pernah melihatkan kesedihannya kepada saya dan adik saya. Hingga pada akhirnya
ketika waktu untuk melahirkan sudah dekat dan saya bertanya-tanya kepada ibu
saya kemana abah bu dan kenapa hingga saat ini abah belum pulang-pulang dari
kerja bu, ibu hanya tersenyum dan hanya satu kalimat yang keluar dari
mulut ibu saya pada saat itu “abah pergi
mencari duit untuk kita” saya pun menanyakan kembali dengan pertanyaan yang
baru kepada ibu, kenapa cari duitnya lama bu sedangkan biasanya abah kalau
pergi bekerja hanya sehari dan sorenya abah pulang namun pertanyan itu tak
dapat dijawab oleh ibu dan ibu hanya memeluk saya dan adik saya meri dengan
membisu. Waktu kelahiran pun datang dan alhamdulillah proses kelahiran adik
kedua saya berjalan dengan lanjar dan ternyata adik kedua saya itu perempuan
juga dan kami memberikan nama adik perempuan saya itu Rika Wahyuni. Seharusnya
yang memberi nama adik saya itu abah saya namun abah saya tak pernah ada kabar.
Satu tahun pun berlalu dan saya menduduki bangku kelas dua SD dan ketika saya
menduduki bangku kelas dua ini tiba-tiba abah saya datang kesekolah untuk menemui
saya hingga saya berlari menuju dia dan memeluknya dengan erat dan mengeluarkan
air mata sambil berkata aku kangan abah namun abah saya mengelus kepala saya
dan berkata anak abah tidak boleh cengeng dan harus selalu tersenyum dalam
menghadapi masalah apapun.
Suasana pun lebih
terharu ketika abah saya mengajak saya untuk pulang dengan menggendong saya,
meskipun agak malu sedikit dilihat teman-teman banyak karena saya sudah besar
namun masih di gendong abah hingga saya di ejek oleh teman laki-laki saya
sebagai anak manja namun saya tidak pernah menghiraukan ejekan teman saya itu,
menurut saya mereka itu hanya iri saja sama saya.
Satu minggu
berlalu dan ayah saya pun pergi berangkat untuk kerja dan ketika abah saya
berangkat abah mencium kami semua sebelum pergi dan berkata rajin-rajin belajar
dan jaga ibu dirumah, tak biasanya abah berpesan seperti itu, dan siang pun
berganti malam akan tetapi abah belum juga pulang-pulang, kami menunggu
kepulangan abah hingga jam 8 malam pun berlalu dan suara ketukan pintu pun
terdengar dan saya beserta ibu menuju pintu rumah dengan berharap yang pulang
itu adalah abah akan tetapi yang datang tidak lain adalah kakak ibu sendiri
dengan membawa sepucuk surat yang berisi surat talak untuk ibu. Ibu hanya
bertanya siapa yang membawa surat ini hingga bisa di tangan kakak dan paman
menjawab dari teman dia, suasana pun berubah menjadi sunyi tanpa ada satu kata
yang keluar dari ibu dan ibu hanya meneteskan air mata. Saya pun bertanya
kepada paman surat apa itu paman namun paman berkata kamu tidak akan mengerti
mi lebih baik kamu tidur hari sudah malam, saya pun bingung dan bertanya-tanya
kenapa ibu bisa menangis seperti itu, dengan penuh kebingungan dan tanda tanya
saya pergi kekamar untuk tidur dengan adik saya Meri.
Pagi pun datang
dan ibu membangunkan saya untuk berangkat kesekolah dan seperti biasanya ibu
selalu menyisir rambut saya dan mengepang dua rambut saya karena itu ada ciri
khas dari saya dan secara spontan saya bertanya kenapa ibu semalam menangis bu
namun ibu hanya tersenyum dan berkata ibu tidak apa-apa namun saya bertanya
kembali kepada ibu kalau ibu tidak apa-apa kenapa ibu menangis, ibu terdiam dan
dengan kecerewetan saya itu, saya bertanya lagi kepada ibu kenapa abah tidak
pulang bu namun ibu tetap membisu dan ibu hanya menyuruh saya untuk berangkat
kesekolah dan berkata rajin-rajin belajar mi, saya pun tersenyum dan mencium
pipi ibu keduanya dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Hari berganti hari
bulan berganti bulan hingga tahun pun berganti dan saya menduduki bangku
sekolah dasar dikelas tiga hingga saya pun merasa mulai akrab dengan semua
teman-teman yang ada dikelas akan tetapi ada teman laki-laki saya yang sangat
usil kepada saya, mereka suka menjahili dan mangganggu saya dan mereka itu
bernama Helfani dan Hepri Yandra. Ketika pada mata pelajaran olahraga dan kami satu
kelas itu olahraga bola kasti dan ketika itu lah saatnya Hepri Yandra dan Helfani
yang saudara sepupuan itu mengerjai saya dengan cara melemparkan bola kasti itu
kuat-kuat kepada saya namun ternyata niat mereka tidak berjalan dengan baik
karena didalam kelas tiga itu saya memiliki tiga abang sepupu laki-laki yang
bernama Jupri, Iboy dan Oyon dan mereka yang selalu menjaga saya di saat ada
orang yang ingin menjahili saya, dan setiap ada olahraga bola kasti jika Hepri
Yandra dan Helfani ingin mengintai dan melemparkan bola kearah saya mereka
bertiga sudah berjaga-jaga didekat saya, alangkah bahagianya saya saat ketiga
abang saya itu berlomba-lomba untuk menjaga saya, apa lagi abang saya yang
bernama Jufri, dia adalah sesosok seorang abang yang sangat di idam-idamkan
oleh adik karena setiap kali ada orang yang menjahili saya dia pasti akan
membalas mereka baik perempuan maupun laki-laki, dia cukup berpengaruh didalam
kelas saaya karena wajahnya lumayan ganteng dibandingkan laki-laki yang ada
dikelas saya sehingga banyak teman-teman perempuan saya yang tertarik
kepadanya, ketertarikan mereka itu bukan hanya karena tampangnya akan tetapi
karena kepandaian dia berolahraga juga apa lagi kalau olahraga bola kasti
karena olahraga bola kasti ini sangat populer ketika kami SD dulu dan abang
saya Jufri ini sangat jago dalam bermain bola kasti ini. Salah satu teman
perempuan saya yang saat itu menyukai abang saya Jufri adalah Eflina Wirdanis
namanya, Eflina ini merupakan gadis kecil cantik yang sangat cerewet dan sering
kelahi dengan mengecek saya karena dia adalah sepupuan dengan Hepri dan
Helfani.
Sekian banyak
laki-laki di kelas saya, ada seorang laki-laki yang tak pernah menganggu saya
atau menyapa saya dan dia pun pintar, nah karena sifatnya yang begitu unik
menurut saya, saya tertarik dengan kepribadiannya dan entah perasaan apa yang
hadir saat itu seolah-olah setiap harinya saya selalu memperhatikannya, nama
laki-laki yang saya kagumi saat itu Ahmad Sanusi dan pada suatu ketika saya
memandanginya tanpa sadar ternyata dia sudah berdiri didepan saya dan
menanyakan apa yang Helmi lihat ujar Sanusi, dengan muka yang sangat malu saya
pergi berlari tanpa memperhatikan pintu mau keluar dari kelas saya dan ternyata
didepan pintu kelas saya telah berdiri sesosok laki-laki yang sangat saya benci
pada saat itu, dan tidak lain laki-laki itu adalah Hepri dan dia langsung
mengejek saya kalau saya suka sama Sanusi, dengan muka yang tak suka saya
berusaha untuk pergi dari suasana yang akan memojokkan saya akan tetapi Hepri
selalu menghambat saya dan secara spontan Hepri mendorong saya kearah Sanusi.
Pada saat itu saya
merasa sangat malu dan kesal sehingga saya hanya bisa menangis. Semenjak
kejadian itu saya tidak mau lagi memperhatikan Sanusi karena ternyata Hepri
selalu memperhatikan saya dan berusaha membuat saya malu didepan Sanusi,
diantara Sanusi dan Hepri ternyata ada ikatan keluarga antara mereka karena
ibunya Sanusi adalah nenek dari Hepri, alangkah jauhnya berbeda sikap mereka
sedangkan mereka mempunyai ikatan keluarga.
Nah dikelas 3 SD
di kampung saya Rata-rata mereka harus sekolah MDA (Madrasah diniyah awaliya)
dan saya pun tidak mau ketinggalan dengan pendidikan ini apa lagi pendidikan
ini berhubungan dengan agama. Jika pulang dari SD jam 12:30 saya langsung
pulang dan mandi lalu shalat zuhur sebelum berangkat ke MDA karena sekolah MDA
itu masuknya jam 14:00 jadi saya harus siap-siap untuk berangkat ke MDA karena sekolah
MDA saya jauh jaraknya dari rumah saya, semua teman-teman saya banyak yang
memakai sepeda sedangkan saya hanya berjalan kaki dengan sahabat saya Dewi, mau
tidak mau kami harus berangkat cepat agar tidak terlambat masuk kelas.
Di MDA ini mata
pelajaran paforit saya adalah Tarekh Islam karena mata pelajaran Tarekh Islam
ini banyak sekali menceritakan tentang Nabi dan karena itu saya menyukai Tarekh
Islam, terkadang ketika guru saya yang bernam Burhani menceritakan tentang
sejarah Nabi saya hampir tak tau kalau ceritanya telah habis karena saya sangat
senang diceritakan tentang Nabi.
Di sekolah MDA
ketika waktu istirahat saya bersama teman perempuan maupun laki-laki dan kami
melakukan banyak permainan sehingga setelah jam istirahat habis baju kami
semuanya basah karena keringat dan bau badan kami pun bermacam-macam, terkadang
kami salah menyalahkan bau badan siapa yang paling bau sehingga terkadang ada
salah paham diantara kami namun kesalapahaman itu hanya sebentar saja karena
setelah itu kami baikan lagi dan bermain kembali jadi mau seperti apapun
berdebatnya, kami tetap bermain bersama.
Hari-hari pun tak
terasa seiring berjalannya waktu ternyata saya telah menduduki bangku kelas 6
SD dan dikelas 6 ini saya tentunya harus meningkatkan cara belajar saya agar
saya lulus dari SD. Akan tetapi ketika saya menduduki bangku kelas 6 ini
tentunya setelah lulus dari SD ini saya ingin melanjutkan sekolah menengah
pertama namun ketika itu lah ibu saya merasa khawatir sebab ibu takut jika dia
tidak mampu membiayai saya dan membiayai adik-adik saya nanti karena uang kebun
ibu tidak seberapa sedangkan beban yang dipikul ibu sangatlah banyak apalagi
untuk kebutuhan sehari-hari. Terkadang untuk makan saja ibu sangat
menimbang-nimbang jika ingin membeli ikan ataupun ayam, sehingga pada suatu
ketika ibu berkata kepada kami “nak minggu ini kita tidak bisa membeli ikan,
kita makan ikan teri aja ya nak untuk minggu ini” dengan spontan kami berkata
ia bu tidak apa-apa yang penting masih bisa makan.
Hingga pada suatu
ketika ada seorang laki-laki yang usia 35 tahun datang kepada ibu dengan maksud
untuk melamar ibu namun ibu tidak mau sebab ibu masih mengharapkan abah. Kami
hanya bisa berharap ibu mendapat yang terbaik jika memang ibu tidak jodoh
bersama ibu. Akhirnya setelah ibu menimbang-nimbang karena ibu takut jika suatu
saat ibu tidak mampu membiayai kami semua terpaksa ibu menikah lagi dan atas
persetujuan saya dan adik-adik saya akhirnya ibu menikah. Berikut foto saya
bersama sahabat saya Dewi ketika kelas 6 SD :
Satu tahun berlalu
dan saya pun lulus dari SD 011 dan adik saya yang ke 4 pun lahir dan masih
tetap perempuan akan tetapi kami bahagia meskipun kami berharap adik kami yang
ke 4 itu adalah laki-laki namun laki-laki ataupun perempuan sama saja bagi
kami. Setelah kelulusan SD 011 saya ingin sekali melanjutkan sekolah ke
pesantren namun orang tua tidak menyetujui sebab biaya di pesantren itu mahal.
Masa-masa SMP
Akhirnya saya
berangkat ke rumah paman di Bangkinang dan saya melanjutkan sekolah saya di SMPN
3 Bangkinang. Awal sekolah di daerah yang baru saya kenal ini saya merasa
kebingungan sebab semuanya berubah karena saya harus mandiri sebab saya tidak
tinggal bersama ibu saya lagi dan oleh sebab itu saya tidak boleh cengeng, saya
harus menanggug resikonya sebab saya yang memutuskan semua ini jadi mau tidak
mau saya harus menahan derita hidup di rumah orang dan jauh dari ibu.
Hari-hari terasa
berarti ketika mengenali teman-teman yang baru dan suasana yang baru meskipun
susah menyesuaikan diri namun pada akhirnya saya berhasil menyesuaikan diri
saya dengan sekolah yang baru dan lingkungan yang baru. Di bangku kelas 1 SMPN
3 Bangkinang ini saya menemukan sesosok sahabat yang mengerti akan saya dan
selalu ada buat saya, Rati Muspa adalah nama dia, Rati sesosok perempuan yang
agak tomboy, selain Rati saya juga mempunya sahabat yang bernama Devita
Isnayanti. Berikut ini foto sahabat-sahabat saya ketiga kelas 1 di SMP 3
Bangkinang:
Devita Rati
Ketika di Kelas 1
ini kami di anjurkan untuk ikut organisasi dan semua organisasi di sekolah saya
ikuti atas persetujuan paman dan istrinya. Organisasi yang saya ikuti ketika
kelas 1 itu yaitu PRAMUKA, PMR dan OSIS. Awal perkenalan di dalam organisasi
PRAMUKA adalah hal yang paling menarik bagi saya karena ketika tahap perkenalan
di PRAMUKA sekolah kami mengadakan kemping di luar sekolah. Nah ketika kemping
inilah kami di siksa oleh kakak senior kami dengan menyuruh kami di tengah-tengah
malam jam 1 kami di suruh semuanya untuk bangun dan di suruh berbaris di
lapangan hijau, dengan mata yang tak mau di buka dan dalam keadaan mengantuk terpaksa
kami ikuti perintah karena ini adalah syarat untuk menjadi anggota PRAMUKA dan
sebelum kami di suruh merangkak dan merayap di lapangan hijau itu kami di
panggil satu-satu untuk membacakan Tri Satya dan Dasa Dharma, jika kami tidak
hapal dan tidak tau arti dari semua itu kami di bentak.
Ketika giliran
saya di panggil untuk ke depan, nah ketika itu seluruh badan saya meriang, akan
tetapi meskipun ketika itu badan saya meriang, akhirnya saya mampu menyebutkan
apa yang di tanya oleh senior-senior saya. Saya terpilih menjadi ketua regu dan
saya selalu berdiri di paling depan, akan tetapi ketika saya belum di pilih
menjadi ketua regu, saya selalu berdiri di paling belakang sebab saya pendek
akan tetapi lain halnya ketika saya telah resmi menjadi ketua regu.
Ujian semester ganjil telah datang dan tibalah
saatnya saya untuk memfokuskan diri untuk belajar dan syukur alhamdulillah
semuanya soal-soal ujian mampu saya jawab dengan percaya diri tanpa saya
bertanya kepada teman-teman saya karena paman saya selalu berpesan untuk
percaya diri dan jangan mudah terpengaruh oleh jawaban orang dan di PRAMUKA pun
saya di ajarkan untuk percaya dengan pendapat kita. Ujian semester ganjil pun
berlalu dan tibalah saatnya pembagian lapor dan hal yang seperti ini lah yang
membuat saya selalu meriang seakan-akan jantung berdetak kencang. Pengumuman 10
besar di SMPN 3 Bangkinang di bacakan di depan lapangan hijau dan kami semua
berbaris di sana dengan urutan kelas yang telah di tentukan. Ketika pembacaan
rangking yang ke 10, saya sangat berharap saya termasuk di dalam 10 besar itu
dan ketika pembacaan rangking 6, saya belum juga terpanggil untuk ke depan
sehingga saya putus asa dan saya mulai mundur kebelakang dengan rasa kecewa
akan tetapi ketika pembacaan Rangking 1 ternyata nama saya terpanggil dan saya
terdiam sejenak di belakang dan semua pandangan teman-teman 1 kelas saya
tertuju kepada saya dan mereka menyuruh saya untuk maju, dengan kaki yang
sangat berat untuk di langkahkan saya menuju ke barisan yang telah di tentukan
untuk 10 besar.
Semester ganjil
ini saya menulis sejarah baru karena tidak pernah sebelumnya saya mendapatkan
juara apa lagi juara 1 pada saat itu, semua usaha saya selama ini tidak sia-sia
meskipun terkadang setiap malamnya saya merasa terpaksa untuk belajar namun
pada akhirnya saya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Tidak sabar rasanya
saya untuk pulang dan akhirnya pun saya di jemput oleh istri paman saya dan
dengan semangat saya mengatakan saya juara 1 mai dan amai saya berkata
syukurlah, kamu harus bisa mempertahankan semua itu sebab mempertahankan itu
adalah hal yang paling sulit dari pada mendapatkannya dan kamu tidak boleh
malas-malas belajar.
Ujian semester
genap pun tiba dan seperti biasanya saya harus memfokuskan diri untuk ujian
sehingga waktu untuk bermain saya kurangi. Tibalah saatnya pembagian lapor semester
genap dan seperti biasa sekujur badan saya meriang dan ternyata peringkat 1
tidak saya dapatkan lagi dan saya mendapatkan peringkat kedua. Rasa takut pun hadir sehingga saya tidak
berani untuk pulang ke rumah paman saya karena saya merasa gagal untuk
mempertahankan semua itu namun apa daya itu lah kenyatanyaan yang harus di terima,
mau tidak mau saya harus pulang karena paman saya telah berada di depan pagar
untuk menjemput saya dan ketika saya menemui langsung paman saya, paman saya
menanyakan langsung dapat rangking berapa mi dan dengan rasa takut saya hanya
memberikan lapor saya kepada paman saya tanpa mengatakan sepatah kata pun yang
keluar dari mulut saya. Ternyata hal yang paling saya takutkan itu pun terjadi,
paman saya menyalahkan saya dengan pandangan yang kecewa paman berkata ini
semua di sebabkan karena aku sibuk pacaran akan tetapi saya tidak menerima
tuduhan dari paman sebab tuduhan itu salah, karena saya tak pernah melakukan
apa yang di tuduhkan paman saya dan di pertengah perjalanan saya mengatakan
kalau saya tidak pernah melakukan apa yang paman tuduh itu namun paman saya
selalu memojokkan saya.
Ketika sampai di
rumah pun, saya tetap di tuduh dengan tuduhan yang tidak pernah saya lakukan
dan saya berusahan untuk menjelaskan semuanya karena apa yang di tuduh itu
tidak pernah saya lakukan. Jangankan pacar, teman yang spesial pun tidak pernah
saya punya karena saya tidak pernah memikirkan tentang cowok sebab bagi saya
cowok itu hanyalah masalah dan saya sangat membenci cowok pada saat itu di
karenakan atas kepergian abah saya yang meninggalkan kami semua. Meskipun ada
teman-teman saya yang saat itu selalu memberikan perhatian akan tetapi itu
semua tidak akan merubah kebencian saya kepada kaum lelaki.
Awal menduduki
bangku kelas 2 pun saya merasa bahagia dan tibalah saatnya di sekolah kami
membentuk semua struktur organisasi. Di sekolah SMPN 3 Bangkinang ini ada
sebuah koperasi siswa dan saya di beri kepercayaan untuk menjadi Bendahara
koperasi di SMPN 3 Bangkinag, di PMR pun saya mendapat kepercayaan untuk
menjadi ketua dari organisasi PMR, di OSIS pun saya di calonkan dan menduduki
posisi wakil ketua, dan tak lupa juga yang palin berkesan bagi saya yaitu di
PRAMUKA, saya menduduki posisi menjadi Pratama Putri, syukur alhamdulillah
semua organisasi yang ada di SMPN 3 Bangkinang saya memegang jabatan yang cukup
tinggi dan tanggung jawab yang begitu berat namun saya menikmati semuanya sebab
bagi saya dengan memperbanyak kegiatan yang saya ikuti mungkin semua masalah
yang ada pada saya tidak akan terlalu berat.
Dengan semua
jabatan yang saya pegang membuat semua para kaum adam banyak tertarik dengan
saya namun tidak ada yang saya hiraukan sebab tidak ada sedikitpun rasa untuk
menjalin hubungan yang spesial, meskipun teman-teman saya yang baru-baru puber
itu selalu mengejek saya namun saya tidak akan tergoda. Namun ketika di adakan
perkemahan di luar sekolah tepatnya di Stanum Bangkinang ada seorang kakak
kelas saya mengirim saya surat dengan tulisan Sandi China namun saya tetap
tidak menghiraukan sehingga teman saya yang bernama Riska pada saat itu
berusaha untuk mendekatkan saya dengan kakak kelas saya akan tetapi saya tetap
tidak mengubah keputusan saya. Siang itu saya berdiri di depan tenda saya
dengan mempraktekkan Semaphor saya akan tetapi ternyata kakak kelas saya itu
ternyata memperhatikan saya dan dia memegang Semaphor itu akan tetapi tetap
saja saya tidak menghiraukan dia namun ternyata Riska memaksa saya untuk
melihat ke arah kakak itu dan ternyata kakak itu bermain Semaphor dan
menyatakan lagi perasaannya kepada saya, pada saat itu saya merasa kebingunggan
dan tidak tau jawaban apa yang harus saya beri saat itu sedangkan hati saya
mulai bisa menerima kehadirannya.
Dengan melambaikan
perhatian menggunakan Semaphor itu saya menjawab langsung dan saya tidak menunjukkan
rasa suka ataupun rasa tidak suka hanya saja saya memberikan tantangan
kepadanya jika dia mampu menunggu saya sampai naik ke kelas 3 saya pasti akan
menerimanya menjadi pacar saya. Akan tetapi sepertinya kakak itu tidak mampu memenuhi
tantangan yang saya ajukan. Lalu saya pun berhenti bermain Semaphor karena
kakak itu tidak bisa menerima tantangan itu dan saya pun duduk-duduk di depan
tenda saya begitu juga dengan dia, akan tetapi terdengarlah suara seseorang
yang memanggil saya dan ternyata suara itu adalah suaranya kakak itu dan dia
langsung memberikan tanda perhatian dengan menggunakan Semaphornya lalu
menjawab tantangan saya itu dan memberikan jawaban kalau dia mampu memenuhi
tantangan itu lalu saya menjawab dengan menggunakan morse dan berkata oke kita
liat aja nanti. Nama kakak itu adalah Muhammad Yuka. Berikut adalah foto
Muhammad Yuka.
Hari-hari pun berlalu dan semuanya berjalan dengan
yang seperti saya harapkan. Hingga suatu ketika kami seluruh anggota PRAMUKA
pergi ke daerah yang bernama Lubuk Inyu dengan tujuan untuk mempersiapkan diri
mengikuti LT (Lomba Tingkat) dan di acara itu lah Yuka selalu mengikuti saya
kemana-mana sehingga saya risih dengan cara yang dilakukannya. Hingga acara
selesai dan semua anggota PRAMUKA mandi bersama di satu tempat yang sama di
bawah air terjun karena sekujur badan kami di penuhi lumpur akibat di suruh
merayap di dalam air kubangan kerbau. Semua anggota pun menikmati suasana mandi
bersama karena tubuh kami semua di penuhi lumpur dan bau yang tidak sedap. Nah,
ketika mandi di bawah air terjun inilah saya mulai dekat dengan Yuka karena
ketika saya mandi, saya hampir tenggelam dan untung saja Yuka selalu mengikuti
kemana saya pergi dan dialah yang menolong saya untuk ketepi, tidak biasanya
saya tenggelam sebab saya adalah tipe perempuan yang suka renang dan saya pun
jago renang tapi kenapa pada saat itu saya tenggelam.
Dengan muka yang malu di akibatkan hampir
tenggelam saya tidak mampu menatap wajahnya Yuka yang khawatir karena saya di
ejek Yuka bodoh renang dan saya tidak terima ejekan Yuka itu. Acara
membersihkan badan selesai dan semua kami berangkat untuk pulang dan di tengah
perjalanan kami mengalami kejelakaan di sebabkan karena jalan itu terlalu
tinggi untuk di daki sehingga mobil yang kami tumpangi itu terbalik dan hampir
saja kami yang berada di dalam mobil itu semuanya masuk jurang, untungnya sopir
itu bisa menyeimbangkan mobil itu ke arah yang jauh dari jurang sehingga kami
hanya luka-luka semua akan tetapi tidak semuanya yang parah. Ada beberapa orang
yang tidak mampu berjalan dan salah satunya saya sendiri. Saya mengalami luka
di bagian kepala sehingga kening saya bengkak dan hidung saya berdarah saat
itu.
Hal yang sangat menarik bagi saya saat itu adalah
ketika saya tidak mampu untuk berdiri sendiri dan saat itu Yuka yang
menggendong saya ke dalam mobil untuk di bawa ke rumah sakit, saat di
pertengahan perjalanan Yuka selalu berada di samping saya tanpa membiarkan saya
sendiri, hingga sampai di rumah sakit Budi Kasih saya tetap tidak mampu untuk
berjalan dan Yuka juga yang menggendong saya ke dalam rumah sakit. Alangkah
takutnya saya menelpon paman saya saat itu, karena saya tidak mau
mengkhawatirkan paman, dan akhirnya ternyata Yuka yang menelpon paman saya dan
mengatakan kalau saya di rawat di rumah sakit.
Tidak lama kemudian paman dan amai saya datang
menjenguk saya ke rumah sakit dan amai berkata kalau paman tidak sempat
memasang celana dalamnya saat kesini karena khawatir dengan keadaan saya. Saya
tersenyum mendengar cerita amai namun paman tetap merasa khawatir saja karena
kepala saya bengkak dan dokter mengatakan kepada paman jika nanti malam saya
belum muntah maka saya harus di kirim kerumah sakit yang lebih besar karena
kemungkinan besar saya akan geger otak. Mendengar perkataan dokter itu, muka
paman saya pucat sehingga dia tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Saya
terpaksa menginap di rumah sakit karena dokter tidak mengizinkan saya untuk
pulang di sebabkan karena keadaan saya yang tidak memungkinkan. Malam pun
berlalu dan saya belum muntah. Amai saya menceritakan bahwa tadi malam banyak
guru-guru SMPN 3 Bangkinang yang datang menjenguk saya namun saat itu saya
tidur.
Beberapa jam kemudian datang seorang dokter untuk
memeriksa saya apakah saya sudah membaik atau belum dan ketika itu saya
langsung berkata kepada dokter kalau saya mau pulang dan tidak mau di rawat
lagi lama-lama di rumah sakit ini, dokter tersenyum mendengar perkataan saya
dan ternyata dokter itu mengizinkan saya untuk pulang karena keadaan saya sudah
membaik dari yang sebelumnya. Saya pun pulang dan sesampai di rumah saya
beristirahat dan tak lama setelah saya sampai di rumah teman-teman kelas dan
guru kelas saya datang menjenguk saya di rumah dan ternyata di dalam rombongan
kelas saya ada Yuka juga. Alangkah senangnya saya saat itu ketika Yuka datang
menjenguk saya. Saat mereka semua berpamitan Yuka datang menyalami saya dan
berkata cepat sembuh ya Helmi.
4 hari saya tidak masuk sekolah dan 4 hari itu
saya pergunakan untuk istirahat yang cukup karena seminggu lagi LT (Lomba
Tingkat) dan saya harus mempersiapkan tenaga yang cukup dan harus menjaga
kesehatan saya, ternyata paman dan amai tidak membolehkan lagi saya ikut
PRAMUKA karena mereka takut kalau semua itu akan terulang kembali. Ke esokan
harinya pembimbing PRAMUKA saya memanggil saya dan bertanya apa benar saya
mengundurkan diri untuk berhenti dan saya mengatakan sebenarnya bukan saya yang
mengundurkan diri bu, akan tetapi paman dan amai saya tidak membolehkan bu
namun saya ingin sekali mengikuti LT itu, jika ibu bersedia meminta izin kepada
paman dan amai saya mungkin mereka akan menyetujui jika saya mengikuti LT ini
bu. Hingga pada akhirnya pembimbing PRAMUKA saya datang ke rumah dan meminta
izin kepada paman dan amai saya dan akhirnya saya di izinkan untuk mengikuti LT
tersebut.
Berikut foto LT yang di adakan di Stanum:
Foto
sebelum melakukan upacara pagi
Foto ketika kegiatan melaksanakan Arah Lintang
yang mana kami harus merayap di dalam air yang di penuhi kubangan. Di dalam
foto ini ada Ella, Riska, Via, Devita, Helmi, Nanda dan Nurul.
Berikut ini foto setelah kagiatan Arah
Lintang kami mandi bersama di bendungan Stanum.
Tidak
terasa ternyata saya telah menduduki bangku kelas 3 dan saat itu saya pun telah
menepati janji saya terhadap Yuka, semenjak kehadiran Yuka di dalam kehidupan
saya, semuanya terasa sempurna sebab dia merupakan motivasi saya untuk belajar.
Namun pada suatu ketika ada seorang teman saya yang mengatakan ternyata Yuka
adalah anak dari guru bahasa Indonesia saya, namun selama ini Yuka tidak pernah
mengatakan ibunya adalah guru di SMPN 3 Bangkinang akan tetapi Yuka hanya
mengatakan bahwa orangtua dia bekerja di pasar sebagai pedagang. Sungguh saat
itu hanya rasa kecewa yang ada sehingga saya tidak mau lagi bertemu dengan
Yuka, entah apa yang di pikirkan Yuka sehingga dia membohongi saya. Saya pun
menjauhi Yuka karena saya merasa di bihongi.
Ujian
kelulusan untuk kelas 3 telah selesai dan alhamdulillah kami semua lulus dengan
nilai yang memuaskan dan saya mendapatkan juara 3 di kelas 3 pada semester 2.
Hingga suatu ketika sebelum saya ingin melanjutkan sekolah menengah atas, paman
saya bertanya kepada saya, apakah saya mau melanjutkan sekolah di Bangkinang atau
di Kampar, lalu dengan spontan saya menjawab kalau saya ingin masuk ke SMK
Bangkinang namun ternyata paman saya tidak setuju dengan keinginan saya karena
paman takut jika saya di rumahnya, saya akan kelahi lagi dengan amai saya sebab
paman saya tidak mau itu semua terjadi lagi.
Mendengar
kata-kata penolakan dari paman saya, saya merasa sedih sebab paman sendiri
secara halus mengusir saya namun kenapa saya masih tetap bertahan. Memang saya
akui saya tidak pernah akur lagi dengan amai saya semenjak kelas 3 namun saya
tak pernah bercerita kepada ibu saya karena saya takut ibu saya sedih jika tau
saya di perlakukan amai saya seperti babu di rumahnya.
Masa-masa SMA
Akhirnya
saya pulang ke Danau Bingkuang dan melanjutkan sekolah di SMAN 1 Kampar dan
alhamdulillah saya menikmati semuanya apa lagi di SMAN 1 Kampar ini saya
memiliki sahabat-sahabat yang selalu ada buat saya di kala saya sedih ataupun
bahagia. Nama sahabat-sahabat saya adalah Rini dan Ranti. Kami bertiga berteman
dari kelas 2 hingga sampai saat ini. Berikut foto sahabat-sahabat saya di SMAN
1 Kampar :
Masa-masa
SMA pun saya nikmati seperti teman-teman saya yg lainnya. hal yang berkesan
bagi saya ketika SMA adalah saat mengenal kembali sesosok lelaki yang pernah
saya kagumi saat SD dulu dan kini saya di pertemukan kembali di SMAN 1 Kampar. Hingga
pada akhirnya ternyata Sanusi datang menghampiri saya dan duduk bersama saja
sambil bergurau. Kami pun mulai dekat dan komunikasi lancar antara kami berdua.
Pada suatu hari saat di sekolah SMAN 1 Kampar mengadakan acara kelas miting,
kami berdua kabur dan pergi meninggalkan acara itu. Di sepanjang perjalanan
kami bercerita masa-masa SD dulu hingga tak sadar ternyata saya menceritakan
bahwa ketika SD dulu saya mengaguminya, di terdiam sambil senyum namun dengan
muka yang malu saya memukul kepalanya sambil bergurau dan mengatakan saya
bercanda.
Pada
suatu hari Sanusi mengirim pesan singkat kepada saya yang berisi tentang
perasaannya namun saya tidak menghiraukannya sebab menurut saya dia cuman
bercanda. Tapi siapa sangka ternyata apa yang dibilangnya tentang perasaannya
itu memang benar sebab dia berani menhungkapkan langsung kepada saya isi
hatinya, saya pun tidak mau melewatkan semua itu terjadi sebab apa yang dia
rasakan itu, saya juga merasakannya bahkan semenjak SD dulu.
Akhirnya
kami menjalin hubungan dan hari-hari terasa indah saat bersamanya meskipun hubungan
kami banyak sekali yang menantangnya, apa lagi yang menantang hubungan kami
adalah keluarga kami. Akan tetapi, kami tidak pernah menghiraukan semua itu
karena kami saling menyayangi. Terserah orang berpendapat apa tentang hubungan
kami yang penting kami tidak melukan hal-hal yang di bicarakan orang itu.
Sungguh terasa bahagia saat SMA ini dan semuanya terasa sempurnah apa lagi
memiliki sahabat dan pacar yang baik. Mereka semuanya yang selalu memberikan
motivasi kepada saya di kala saya mulai rapuh.
Berikut
foto Sanusi :
Semenjak
kepergian abah dari hidup kami, kami tidak pernah tau bagaimana rasanya di cium
ayah, di peluk ayah, dan di perhatikan oleh ayah. Terkadang rasa iri itu muncul
dan rasa ingin memiliki ayah hadir lagi namun saya selalu mengingat pesan abah,
saya tidak boleh cengeng. Meskipun air mata tidak keluar namun sesungguhnya
hati saya menangis. Sering saya bercerita kepada sanusi tentang rasa rindu saya
terhadap abah namu terkadang sanusi marah dengan saya karena jika saya
bercerita tentang abah kepadanya, saya selalu menangis dan dia tidak ingin saya
mengeluarka air mata karena hal yang tidak penting bagi saya. Sanusi selalu
mematahkan omongan saya jika saya mengatakan rindu kepada abah. Terkadang saya
tertawa melihat dia marah akibat cerita saya. Sanusi tidak hanya seorang pacar
bagi saya namun dia juga merupakan sahabat bagi saya.
Meskipun
keluarga menantang hubungan kami namun perasaan kami tetap tidak akan berubah.
Terkadang saya kasihan dengan Sanusi karena ibunya Sanusi selalu mengoceh
dengan hubungan kami dan Sanusi selalu menjadi sasaran kemarahan ibunya dan
begitupun dengan saya, saya menjadi sasaran kemarahan ayah tiri saya. Hingga
suatu hari kami berdua mencari kemarahan keluarga kami dari kedua belah
pihaknya dengan cara pergi jalan ke Bangkinang dan saya di boncengi oleh Sanusi
dan siapa sangka ternyata semua itu menghasilkan kemarahan dari kedua orangtua
kami namun meskipun orangtua kami menentang hubungan kami, kami tidak akan
merubah keputusan kami dan kami tetap bertahan hingga suatu hari ibunya Sanusi
datang menghampiri saya dan mengeluarkan kata-kata yang sangat melukai hati
dengan tujuan menyuruh saya menjauhi anaknya namun saya tetap tidak mau, akan
tetapi setelah kepergian ibunya Sanusi saya mulai terpikir bagaimana rasanya
menjadi Sanusi yang setiap harinya mendengar ocehan dari ibunya dan
mendengarkan kata-kata kasar ibunya tentang saya, dan akhirnya tumbuhlah
perasaan untuk mengakhiri hubungan ini jika memang ini yang terbaik buat Sanusi
maka saya akan melepaskan Sanusi dari pada setiap harinya Sanusi di marahi
ibunya lebih baik saya mengorbankan perasaan saya ini.
Ke
esokan harinya saya memberikan sepucuk surat untuk Sanusi yang isinya tentang
hubungan kita tidak bisa di pertahankan lagi karena sampai kapan pun hubungan
kita ini tidak akan di restui oleh keluarga kita. Maksudnya untuk mengirim
surat ini adalah karena saya tidak mampu mengatakan langsung dengan mulut saya
karena jauh di lubuk hati saya, saya masih mencintainya namun jika perpisahan
ini mampu membuat keadaan keluarga dia dan keluarga saya membaik, apa salahnya
saya berkorban untuk semua ini. Surat itu di terima langsung oleh Sanusi dan
dia tidak mau membuka surat itu sebelum saya menceritakan isi surat itu, dan
dengan perasaan yang berat akhirnya saya memberitahukan bahwa ibunya datang
menemui saya dan meminta saya untuk meninggalkan Sanusi.
Mendengar
cerita dari saya, Sanusi melemparkan pertanyaan yang amat sulit untuk saya
jawab, Sanusi menanyakan apakah kamu tidak mencintai saya lagi, namun saya hanya
terdiam sebab saya tidak mau membuat dia semakin terluka karena keputusan saya,
hanya senyuman yang dapat saya berikan saat itu, namun Sanusi meminta saya
untuk tetap bertahan dengan cara kami menjaga jarak dulu agar keluarga kami
menyangka kalau kami uda putus.
Saya
pun setuju dengan keputusan Sanusi dan akhirnya kami renggang untuk beberapa
waktu, namun semuanya tidak berjalan dengan baik, ternyata Sanusi menghianati
saya dan mengingkari janji yang di buatnya, dia telah mendapatkan pengganti
saya dan meninggalkan saya dengan sebuah janji. Sungguh saat itu saya sangat
kecewa atas keputusan yang di buatnya, namun tidak mengapa, mungkin saya memang
bukan yang terbaik untuk dia. Saya hanya bisa berharap semoga suatu saat Sanusi
mengingat janjinya itu dan mengucapkan kata maaf kepada saya.
Satu
tahun pun berlalu dan saya tetap menunggu janji yang telah di ucapkan Sanusi
namun ternyata semua sia-sia. Setiap hari saya hanya bisa melihat Sanusi
bahagia dengan pacar barunya dan setiap hari saya merasakan sakitnya di
hianati. Hingga suatu ketika timbul niat di hati untuk membalas semua sikap
Sanusi itu terhadap saya, saya berniat untuk memacari teman dekatnya dan
akhirnya semua itu terlaksana, saya menjalin hubungan dengan sahabatnya Sanusi
yang bernama Febri dan siapa sangka ternyata Sanusi tidak suka dengan hubungan
kami. Setelah saya mengetahui bahwa saat itu Sanusi sangat cemburu dengan
Febri, saya merasa puas dengan semua itu, dan pada suatu malam, Sanusi mengirim
pesan singkat kepada saya dengan mengucapkan selamat atas hubungannya namun
saya tidak menghiraukan Sanusi. Akhirnya pun Sanusi mengungkit masa lalu dan
dia mencoba mengingatkan semua tentang masa lalu saya bersama dia namun saya
tetap tidak memperdulikan dia, hanya satu kata yang saya ucapkan saat itu,
yaitu semua itu masa lalu dan saya sudah melupakan semuanya semenjak
penghianatan yang kau berikan.
Hari-hari
terasa bahagia saat semua sikap Sanusi saya balas melalui sahabatnya meskipun
jauh di lubuk hati saya, saya masih mencintainya namun karena saya merasa
terhianati saya tidak ingin mengakui kepada Sanusi semua itu. Masa-masa SMA
yang penuh dengan liku-liku bagi saya namun terkadang membuat saya tertawa di
saat bercanda dengan teman-teman.
Berikut
foto SMA saya bersama teman-teman saya:
Di
SMAN 1 Kampar ini saya mengambil jurusan IPA. Di jurusan IPA ini, pelajaran
yang saya sukai adalah pelajaran Fisika. Di SMAN 1 Kampar ini sering diadakan
lomba antar kelas salah satunya lomba masak. Lomba masak ini sering dibuat
setelah selesai ujiab semester gabjil. Berikut foto kami ketika mengikuti
perlombaan masak:
Meskipun pada saat itu kami tidak
menjadi juara satu ketika mengikuti lomba masak, namun kami cukup senang karena
juara itu tidak penting bagi kami, yang penting adalah kebersamaan. Di SMA saya
hanya mengikuti organisasi Drama saja karena saya tidak mau mempersibuk diri
lagi.
Tidak
terasa, ternyata masa-masa SMA akan berakhir dan kami semua akan berpisah.
Semuanya terasa terlalu cepat. Pada saat itu ayah tiri kami pergi tinggalkan
ibu seperti halnya yang di lakukan oleh abah dulu, mungkin memang jalan hidup
kami seperti ini, hidup tanpa seorang ayah.
Hari perpisahan SMAN 1 Kampar di laksanakan
dan semua kami menghadirinya karena ini merupakan hari yang sangat kami
tunggu-tunggu. Berikut ini foto perpisahan SMAN 1 Kampar :
Ini lah wajah-wajah sedih IPA 1
saat menyanyikan lagu perpisahan......
Berakhirnya masa
SMA berakhir pula hubungan saya dengan sahabatnya Sanusi yang bernama Febri itu
karena tidak ada lagi yang akan saya sakiti sebab semua kita akan berpisah, dan
tentunya Sanusi tidak akan melihat kami lagi dan buat apa juga saya masih
bertahan dengan hubungan saya dan Febri meski pernah saya coba tuk
menyayanginya namun ternyata saya tidak bisa, dan saya masih belum bisa
melupakan Sanusi.
Masa-masa kuliah
Saya
kuliah di UIR dengan jurusan bahasa Indonesia, sebenarnya jurusan bahasa
Indonesia ini bukanlah jurusan yang saya cita-citakan karena sesungguhnya
cita-cita saya ingin menjadi seorang bidan namun keluarga saya tidak menyetujui
saya, mereka lebih menyukai profesi seorang guru karena di dalam keluarga saya
lebih banyak guru, apa lagi saya seorang perempuan tentunya profesi seorang
guru adalah profesi yang cocok untuk saya.
Awal
perkuliahan adalah awal dari menentukan masa depan. Nah ketika kuliah ini saya
tidak bisa bermain-main sebab kuliah ini biaya bukan murah tetapi sangat mahal,
apa lagi yang membiayai saya hanya ibu saja dan bukan saya saja yang sekolah
akan tetapi adik-adik saya juga sekolah jadi saya harus bisa irit dan saya
harus bisa mencari duit untuk tambahan beli buku, mau tidak mau saya harus
mengumpulkan duit untuk modal menjual pulsa dan akhirnya saya berhasil
mengumpulkan modal untuk menjual pulsa, karena di dalam kelas saya pulsa itu
sangat laris meskipun teman-teman hutang dulu namun tidak mengapa yang penting
saya bisa mengumpulkan uang untuk membeli buku. Sering rasa iri itu timbul di
saat pembayaran uang semester telah dekat karena pada saat itu lah saya selalu
kebingungan untuk membayar uang semester, terkadang duit panen kebun ibu tidak
seberapa dan duit itu yang akan di bagi-bagi ibu untuk membayar uang semester saya
dan adik-adik saya.
akan tetapi saya melihat teman-teman saya yang
lain tidak pernah merasa khawatir jika pembayaran semester sudah dekat, mereka
tinggal minta saja kepada orang tuanya dan langsung di kirim. Berbeda halnya
dengan saya, saya harus mempertimbangkan dulu apabila ingin meminta uang
semester karena tentunya jika saya meminta kepada ibu maka ibu pasti akan
kebingungan sebab adik saya pun meminta duit kepada ibu untuk pembayaran uang
sekolah dan uang buku LKS nya.
Setiap
pembayaran uang semester pasti saya akan meminjam uang kepada teman saya karena
uang yang di berikan ibu tidak pernah cukup untuk pembayaran semester. Meskipun
saya meminjam uang kepada teman saya tetapi yang mengganti uang itu tetap saya
nantinya sebab saya tidak mau meminta uang kepada ibu karena ibu tak akan ada
uang untuk menggantinya.
Meskipun
setiap semesternya begitu, saya tidak pernah menyerah dan putus asa, bagi saya
ibu saya adalah motivasi saya untuk sukses nantinya. Saya cukup bahagia dengan
semua ini karena saya memiliki ibu yang kuat dan sabar. Ibu selalu berpesan
kepada kami jangan pernah kecewakan ibu karena sesungguhnya harta yang ibu
miliki hanyalah kalian seorang.
Seiring
berjalannya waktu saya mulai terbiasa dengan keadaan yang seperti ini namun
saya bahagia karena di kampus banyak sekali canda tawa sehingga masalah yang
saya hadapi terasa ringan. Di kampus saya memiliki sahabat dekat dan dia
bernama Ria Adi Purnam. Berikut foto sahabt saya Ria :
Nah,
tempat pinjaman saya saat kekurangan uang pembayaran semester adalah Ria karena
uang jajan perbulan Ria banyak maka dengan uang jajan Ria itu sementara saya
pakai sebelum saya punya uang. Selain Ria saya juga sering meminjam uang kepada
sahabat saya Ranti. Hidup saya ini tidak luput dari gali lobang tutup lobang,
namun saya tetap bersyukur dengan semua ini.
Sungguh
berjasa memiliki sahabat seperti mereka dan mungkin tanpa mereka saya tidak
akan bisa mengikuti ujian semester. Berikut foto teman-teman kampus saya :
Hari-hari
tanpa kehadiran seorang ayah kami jalani hingga sekarang. Bagi saya dan adik
saya, ibu adalah sesosok wanita yang tegar dan ibu sekaligus ayah buat kami
semua. Berikut foto saya, ibu dan adik-adik :
Ibu
saya adalah motivasi saya untuk sukses.